“Mereka yang memanfaatkan kemajuan teknologi digital untuk mengobarkan kebencian dan sebagai senjata pemusnah massal. Di masa depan, pertempuran paling kritis berada di dunia maya,” ucap Islah Bahrawi.
“Pengawasan berbasis komputer yang menjalankan begitu banyak sistem obyek vital negara memungkinkan akan menjadi target terorisme di dunia maya. Belum lagi soal rekrutmen dan indoktrinasi ideologi. Ini semua berpotensi untuk menjadi neraka,” jelas dia.
Islah Bahrawi mendorong semua orang untuk melakukan pencegahan, utamanya mencegah diri sendiri terpapar paham radikalisme atau intoleransi yang menjurus pada terorisme.
“Pada akhirnya pencegahan dari semua ini kembali kepada kita. Secanggih apapun, terorisme selalu menyasar manusia, baik sebagai korban atau pelaku. Di masa kapanpun, kunci melawan terorisme adalah: seberapa kuat keinginan manusia untuk menjaga rasa kemanusiaan dan kedamaiannya,” tandasnya.***