Menjadi Perhatian Khusus, Polri: 6.000 Jaringan Organisasi Teroris Jamaah Islamiyah Masih Aktif

- 19 Desember 2020, 08:33 WIB
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Argo Yuwono beri keterangan pers terkait penangkapan teroris.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Argo Yuwono beri keterangan pers terkait penangkapan teroris. /Antara/
PR CIREBON - Pada Rabu,16 Desember 2020 disebutkan ada 23 terduga teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI) di Lampung yang dibawa ke Jakarta, bahkan organisasi teroris tersebut masih aktif hingga saat ini.
 
Kepolisian RI pun menyampaikan bahwa terdapat kurang lebih total masih ada 6.000 orang yang tergabung dalam jaringan organisasi teroris jamaah Islamiyah (JI) yang masih aktif di Indonesia hingga saat ini.
 
"Dari penjelasan beberapa tersangka, sekitar 6.000 jaringan JI masih aktif. Ini menjadi perhatian kami," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono di Mabes Polri, Jakarta, Jumat 18 Desember 2020, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari siaran konferensi pers PMJ News.
 
 
Pada saat itu Argo juga menyampaikan bahwa organisasi JI diketahui saling memberikan bantuan satu sama lainnya agar bisa tetap eksis. Salah satunya terkait bantuan dana.
 
Anggota organisasi Jamaah Islamiyah yang tidak memiliki pekerjaan tetap mendapatkan bantuan dari JI pusat.
 
Kemudian Uang tersebut pun didapatkan dari sebuah yayasan yang bergerak di bawah naungan JI, yang mana mulai dari iuran anggota yang memiliki pekerjaan hingga kotak amal.
 
"Uang itu lah yang digunakan untuk membiayai semua jaringan dan selnya di seluruh Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Jadi seperti itu pendanaannya, dari kotak amal, dari menyisihkan pendapatannya, juga dari Yayasan One Care," ujar Argo.
 
 
Untuk diketahui sebelumnya Tim Densus 88 Antiteror telah menangkap sebanyak 23 tersangka teroris yang tersebar di sejumlah wilayah sepanjang November-Desember 2020.
 
Dua orang yang tertangkap di antaranya adalah teroris yang menjadi aset bagi organisasi teoris JI. Mereka adalah Upik Lawanga dan Zulkarnaen.
 
Upik Lawanga merupakan salah satu anggota JI yang dianggap sebagai penerus Dokter Azhari.
 
Dalam aksinya, Upik Lawanga diketahui pernah terlibat dalam pelatihan militer kepada pemuda muslim Poso pasca konflik Poso pada 2001 lalu. Total, dia melakukan pelatihan militer sebanyak tiga angkatan pemuda muslim Poso.
 
 
Dia juga merupakan peserta pelatihan militer yang dipimpin oleh Abu Tolud, Herlambang, Hasanuddin dan Dokter Agus. Saat itu, Upik Lawanga dibaiad oleh Dokter Agus yang merupakan jamaah Islamiyah asal Jawa Timur.
 
Tak hanya itu saja bahkan ada kasus besar tindak pidana terorisme yang pernah melibatkan Upik Lawanga pada saat di Sulawesi Tengah.
 
Lalu pada tahun 2004, dia terlibat juga dalam sebuah misi pembunuhan Helmi Tembiling istri Anggota TNI AD kemudian penembakan dan pengeboman gereja anugrah pada 12 Desember 2004.
 
Selain itu terlibat juga dalam sebuah aksi pengeboman GOR Poso 17 Juli 2004, bom pasar sentral 13 November 2004. Pada tahun 2005, bom Pasar Tentena, Bom Pura Kandangan, Bom Pasar Mahesa.
 
 
Kemudian pada 2006, bom termos nasi Tengkura, bom center kaus hingga, penembakan supir angkot. Kemudian pada 2020, Upik Lawangan membuat senjata api rakitan dan membuat bunker.
 
Sementara Zulkarnaen ialah merupakan Panglima Askari JI yang juga terlibat dalam serangkaian insiden besar di Indonesia. 
 
Zulkarnain pernah menjadi seorang arsitek perancang sebuah peristiwa kerusuhan di Ambon, Ternate hingga Poso pada 1998 hingga 2000.
 
 
Lalu Zulkarnain juga dikenal sebagai otak utama dari peledakan kediaman duta besar Filipina di Menteng pada tanggal 1 Agustus 2000. Tak hanya itu, dia juga otak peledakan gereja serentak pada malam Natal tahun 2000.
 
Pada 2001, ia pernah terlibat dalam kasus bom Bali 1, tahun 2002 kasus bom Mariot, tahun 2003 kasus bom Kedubes Australia, tahun 2004 kasus bom Bali 2.***
 
 

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x