PR CIREBON - Rektor Universitas Ibnu Chaldun Musni Umar menyatakan bahwa berita tentang kematian enam orang laskar FPI di KM 50 masih menjadi perbincangan yang aktual.
Musni Umar menyampaikan bahwa peristiwa tersebut memang menjadi perbincangan yang serius dan panas, tidak hanya di media nasional tapi juga di media internasional.
Media besar di dunia memberitakan tentang kejadian itu, dan Musni Umar kembali mengangkat, mendorong, menyemangati, agar bisa membuat masalah tersebut menjadi lebih jelas dan dapat diselesaikan.
Baca Juga: 8 Fakta Penahanan Habib Rizieq Shihab, Salah Satunya Tangan Diborgol sambil Mengacungkan Dua Jempol
"Kalau kita membiarkan ini sudah menjadi opini masyarakat, menjadi opini dunia, dan itu harus dibuka dengan seterang-terangnya, se-terbukanya, ada transparansi, ada objektif, ada kejujuran, dan ada keadilan," kata Musni Umar, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari kanal Youtube Musni Umar pada Minggu, 13 Desember 2020.
Menurut Musni berita tersebut masih simpang siur, karena ada yang mengatakan bahwa laskar FPI mengawal Habib Rizieq Shihab dan menyerang aparat, sementara pihak FPI mengatakan bahwa pihak mereka tidak melakukan penyerangan, bahkan mereka menyatakan kalau mereka tidak tahu itu aparat atau bukan yang mencoba untuk mencelakakan mereka.
"Jadi itu situasi yang seperti itu, tapi fakta yang kita saksikan bahwa enam orang terbunuh dan pembunuhan itu harus diusut setuntas-tuntasnya karena para pakar mengatakan itu adalah kejahatan HAM yang luar biasa," ujarnya.
Baca Juga: Habib Rizieq Ditahan, Refly Harun: Di Luar Nalar, Atensi Besar Kapolda Beda dengan Mahfud MD
Dia menilai masalahnya harus diselesaikan satu persatu. Disebutnya akan ada kecenderungan setelah ini menjadi perbincangan yang ramai di publik, tetapi kemudian Habib Rizieq dijadikan tersangka dan ditahan.
"Tentu juga pasti keterampilan mereka tidak ada. Hanya pengabdian, ketulusan, kehormatan kepada ulama mereka mau mengabdikan seperti itu," ucapnya
"Kita tidak ingin menyalahkan siapapun dalam hal ini tetapi kita harus mencari siapa dalangnya hingga terjadi pembunuhan yang bisa dikatakan itu sifatnya brutal. Jadi mereka ditembak tidak hanya satu tembakan tetapi juga tembakan yang mengenai jantung mereka dan itu berkali-kali, bahkan juga ada penyiksaan di situ," katanya.
"Janganlah kita menutup kasus ini karena kalau kita tutup akan terus terbuka, karena sudah menjadi opini di masyarakat dan dunia," ujarnya.
Musni menuturkan kalau hal itu akan merugikan bangsa Indonesia dan juga merugikan yang memberikan perintah, jadi dia memnilai kasusnya lebih baik dibuka dan diselesaikan secara baik-baik.
"Sekali lagi kita tidak mencari siapa yang salah, mendiskreditkan institusi, kita hanya ingin ada kejelasan siapa pelakunya dan dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku," ujar Musni Umar.
***