Kapolda Dapat Tekanan Lawan Perusuh Negara, Islah Bahrawi: Jabatan Ada Batas, Harus Berani

- 11 Desember 2020, 09:50 WIB
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M. Fadil Imran.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M. Fadil Imran. //PMJ News
PR CIREBON - Cendikiawan Muslim, Islah Bahrawi, mengatakan apa yang dilakukan Irjen Pol Fadil Imran merupakan tindakan berani dan penuh risiko, yang menurutnya didasari karena masa jabatan yang ada batasnya.
 
"Setelah selesai masa tugasnya, ia akan menjadi seorang sipil dan kembali ke tengah masyarakat biasa.  Jika kemudian ada seorang petinggi kepolisian berusaha membuat tindakan berani dalam membuat tatanan sosial yang lebih baik, tentunya bisa dimengerti," katanya sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Instagram @islah_bahrawi, Jumat 11 Desember 2020.
 
 
Menurut Islah, Irjen Pol Fadil Imran berusaha membuat landasan masa depan yang lebih baik saat masih mempunyai kekuatan alias jabatan untuk membuat kebijakan.
 
"Sekali ia diam, tidak memulai dengan tindakan berani hari ini, maka semua tidak akan bisa dijalani lagi. Dan sikap pasif hari ini, akan disesali kelak ketika ia sudah tidak lagi menjadi siapa-siapa. Mungkin Irjenpol Fadil Imran, tengah menyadari ini sepenuhnya," ujarnya.
 
Tekanan terhadap Irjen Pol Fadil Imran tak lepas dari pengaruhnya pada kasus penembakan enam laskar khusus FPI dan dugaan pelanggaran protokol kesehatan yang menyeret nama Habib Rizieq Shihab (HRS).
 
"Ini adalah risiko-risiko yang harus dihadapi oleh siapapun ketika berusaha menegakkan hukum atas para perusuh negara yang menggunakan jubah identitas mayoritas dalam gerakannya. Ini terjadi di Suriah, Libya dan Somalia. Mereka sudah biasa mendevaluasi keabsahan hukum normatif, membangun 'playing victim' dan melakukan perlawanan melalui hasutan-hasutan digital," tuturnya.
 
 
Menurut Islah, hal itu merupakan pola yang biasa. Namun, apapun modus pembelaan diri dari kelompok tersebut, negara harus hadir dan hukum harus tetap tegak.
 
"Sekali negara takluk di depan mata, maka tak akan pernah berkutik di balik punggungnya. Negara akan berdiri percuma dan hukum hanya jadi wacana jika tidak sanggup mengatasi 'sampar' yang menggerogoti badannya sendiri," tegasnya.
 
Islah mengatakan para pengikut HRS, yang mengidap fanatisme buta dan politisi pemanfaat kerumunan dengan militansi tinggi, tidak akan pernah peduli tentang malam hari.
 
"Mereka hanya memikirkan sesuatu ketika matahari masih di atas ubun-ubun. Sementara penegak hukum sudah seharusnya memikirkan gelap sebelum matahari terbenam," katanya.
 
 
Islah menegaskan apabila masa depan bangsa bergantung dari apa yang dilakukan hari ini. Premanisme, radikalisme dan terorisme adalah embrio runtuhnya suatu bangsa.
 
"(Jika) kelemahan kita hari ini dalam menghadapi mereka, adalah kekuatan mereka di masa yang akan datang. Jika kita tidak pernah mengantisipasi sakit ketika segar bugar, jangan memikirkan sehat ketika sedang terkapar. Masa depan bangsa berada di tangan kita hari ini," tutupnya.
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by islah bahrawi (@islah_bahrawi)

 ***

 

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Instagram Islah Bahrawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x