Lama Bungkam Tolak Tol Kota Surabaya, Tri Rismaharini: Pembangunan Percuma, Jika Warga Jadi Korban

1 September 2020, 10:27 WIB
Walkot Risma Masuk 10 Besar Survei Elektabilitas: Gak Mungkin, Saya Gak Tau /Portal Surabaya//Portal Surabaya

PR CIREBON - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini sejak awal menjabat lebih memilih bungkam akan penolakan membangun tol dalam kota, meski kondisi Kota Pahlawan sangat membutuhkan jalan bebas hambatan di tengah kemacetan yang kian parah tiap tahunnya.

Namun rupanya, Risma memilih bicara sebagai akhir dari kebungkamannya selama beberapa tahun terakhir, tepatnya Risma membeberkan alasan utama untuk selalu menolak tol tengah kota.

Dengan gamblang, ia menyatakan adanya tol tengah kota akan membebani warga, sekaligus hanya membuat Surabaya menjadi kota mahal yang berdampak pada kesenjangan sosial di masyarakat.

Baca Juga: Gelar Doktor Refly Harun Dipertanyakan, Hanura: Penyimpangan Istilah Makar Bukti Pemahaman Sempit

"Kenapa saya menolak jalan tol? Karena, saya melihat bahwa warga saya minimal 20 tahun ke depan ini naik motor. Misalkan dibuka tol, sepeda motor bisa masuk, tapi kan bayar. Kalau dia untuk kerja saja bayar, padahal dia pendapatannya belum mesti. Kalau dia bayar kapan sejahteranya dia, itu harus dihitung," ungkap Risma, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Warta Ekonomi.

Lebih lanjut, ia menilai citra Surabaya yang berubah menjadi kota mahal akan berdampak buruk dengan menimbulkan jurang kesenjangan sosial.

"Kalau kota ini menjadi mahal, kota itu tidak akan menjadi efisien. Akhirnya, yang mampu yang bertahan. Dampaknya, kota ini rentan sekali terhadap kericuhan. Karena apa? Kesenjangan tadi, nanti akan memudahkan orang terjadi demo, amarah. Teorinya ada, aku tidak ngawur. Jadi semua itu harus dihitung," tegasnya.

Baca Juga: Rakyat Papua Menjerit, Natalius Pigai: Presiden Jokowi, Salah Kami Apa hingga Selalu Dibantai ?

Kemudian alasan kedua, pembangunan koridor tol tengah kota yang dibuat masif jalur Utara–Selatan, tentunya akan berdampak pada kesulitan warga mendapat air bersih. Pasalnya, jalur tol akan mengganggu sistem aliran air yang ada di Kota Surabaya.

"Kalau ini dibangun, akan sulit aliran-aliran air itu. Pasti ada konstruksi-konstruksi yang akan memengaruhi hambatan-hambatan tadi," tambah Risma.

Bahkan, pembangunan tol yang belum saja sudah rumit dengan ada banyaknya bangunan usaha di tengah kota, sehingga bila pun ada jalan tol tengah kota itu hanya dapat mengganggu aktivitas perdagangan atau usaha di tengah kota.

Baca Juga: Cerdas Balikkan Refly Harun Soal Makar, Poyuono: Sebelum Deklarasi, Mending Diskusi sama Megawati

"Kalau ini ada tiangnya (jalan tol) itu akan ganggu kalau dia dagang dan sebagainya. Akses juga terganggu, orang kadang pohon saja jadi masalah apalagi konstruksi-konstruksi masif itu. Karena itu kenapa aku menolak, jadi jangan sampai orang dagang itu terganggu," papar Risma.

Selain itu, sebuah kota itu tidak bisa hanya mendapatkan untung saja tanpa memikirkan dampak dari adanya pembangunan itu seperti dampak sosial, kesehatan, hingga pendidikan.

Artinya, pembangunan kota akan percuma jika warganya tidak bisa cari uang atau tidak bisa bersekolah.

Baca Juga: Puji Kegalakan Kasad TNI, Denny Siregar: Pecat Dandim Kendari dan Pelaku Penyerangan Polsek Ciracas

"Misalkan dia bisa makan, tapi kalau saat dia sakit belum tentu dia bisa bayar. Jadi, karena itu kenapa kemudian pendidikan harus gratis, tidak semua harus untung," pungkas Risma mengakhiri.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Warta Ekonomi

Tags

Terkini

Terpopuler