Jokowi Dihantui 2 Ketakutan, Ekonom: Jangan Bermimpi Atasi Resesi Jika Kebijakan Pandemi Amburadul

9 Agustus 2020, 13:15 WIB
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).*/Instagram @jokowi / /

PR CIREBON - Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) begitu optimis bisa melawan virus corona dengan segala dampaknya.

Namun, disisi lain Jokowi juga mengakui bahwa ia kini sedang dihantui dua ketakutan, yaitu gelombang kedua virus corona dan ekonomi terkena resesi. 

Sejak awal bulan lalu, Jokowi telah memperingatkan para menteri serta jajarannya untuk bekerja lebih keras dan serius menghadapi krisis kesehatan global yang bisa menimbulkan krisis ekonomi.

Baca Juga: Bak Hantu Tak Terlihat, Jejak Harun Masiku Tak Terdeteksi hingga Lebih Berbahaya dari Djoko Tjandra

Jokowi memperingatkan bahwa krisis yang dihadapi harus sihadapi dengan cara luar biasa melalui perubahan, jika tidak maka kedepannya akan ada krisis yang lebih berbahaya dan mengerikan.

Laporan dari BPS, Rabu, 5 Agustus 2020, memperlihatkan sebagian kekhawatiran Jokowi, di mana hampir semua indikator ekonomi menunjukkan penurunan.

Akibatnya ekonomi kuartal kedua anjlok hingga minus 5,3 persen, merupakan level terendah dalam 17 tahun terakhir.

Baca Juga: Pemimpin Dunia Bersatu Bahas Ledakan Beirut, Donald Trump: Semua Orang Ingin Membantu

Jika denyut ekonomi kuartal ketiga kembali negatif, ekonomi RI dipastikan masuk jurang resesi, menjadi ancaman yang disadari oleh Jokowi selaku kepala negara.

Hal itu dikatakannya saat menyampaikan kata sambutan secara virtual di acara Kongres Luar Biasa Partai Gerindra di Hambalang, Bogor, kemarin.

Dalam kesempatan itu, Jokowi menyoroti ancaman resesi dan gelombang kedua Covid-19 yang kian nyata, di mana tak ada satupun negara yang siap menghadapi krisis akibat pandemi virus corona.

Baca Juga: Identitas Muslim Uighur Berpotensi Dihapus, Pemimpin Lintas Agama: Dunia Berkata 'Jangan Lagi'

Pertumbuhan ekonomi sejumlah negara maju terkontraksi cukup dalam karena krisis kesehatan global, seperti Prancis, Inggris, Singapura, dan Korea Selatan yang mengalami pertumbuhan negatif.

"Ini situasi yang sedang kita hadapi saat ini, persoalan nyata di depan mata yang tidak mudah," kata Jokowi, seperti diberitakan wartaekonomi.co.id partner sindikasi konten Rakyat Merdeka dalam artikel berjudul "Jokowi Dihantui 2 Ketakutan: Nyata di Depan Mata".

Jokowi mengajak masyarakat untuk tetap optimis dalam krisis yang menjadi momentum melakukan transformasi. Ia yakin sebagai bangsa pejuang, Indonesia pasti bisa mengatasi persoalan pandemi dengan baik.

Baca Juga: Pro Kontra Reklamasi Ancol, Aktivis Sarankan Perluasan Lahan Dijadikan Pantai untuk Publik

 

"Kita harus berupaya agar di kuartal III kita bangkit, kita bisa rebound sehingga tidak jatuh ke jurang resesi," tutur Jokowi.

Salah satu cara yang akan dilakukan pemerintah adalah menggenjot konsumsi domestik. Menurutnya, konsumsi merupakan kunci Indonesia keluar dari jurang resesi, dengan jumlah penduduk 260 juta yang menjadi kekuatan besar. 

Selain itu, ia mengajak masyarakat untuk membeli produk pertanian, perikanan, dan serta produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam negeri daripada produk impor, agar dapat meningkatkan pendapatan para petani, nelayan, dan para pelaku usaha kecil.

Baca Juga: Erick Thohir Tak Bisa jadi Relawan, Ini Persyaratan untuk Uji Klinis Vaksin Covid-19 di Bandung

Terakhir, Jokowi mengingatkan pentingnya disiplin untuk menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dan menyinggung soal gelombang kedua pandemi Covid-19 yang bisa saja terjadi.

"Jangan sampai kita masuk ke gelombang kedua, second wave yang memperlambat kita untuk pulih kembali. Kuncinya adalah disiplin menjalankan protokol kesehatan," tuntasnya.

Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menilai wajar jika Jokowi dihantui ancaman resesi, karena ancaman tersebut memang nyata dan saat ini ekonomi Indonesia dalam proses kondisi resesi.

Baca Juga: Ledakan Beirut Tuai Kemarahan, Lebanon Nampak Mencekam hingga Sisa-sisa Gedung Dibakar

Secara teknis, ekonomi RI sudah masuk jurang resesi, karena secara definisi yang disebut dengan resesi adalah apabila kita mengalami pertumbuhan ekonomi secara negatif, secara dua triwulan berturut-turut.

 

Menghadapi kondisi ini, Piter mengajak masyarakat agar tidak panik karena hampir terjadi di setiap negara.

"Agak sulit mengatakannya tapi resesi ini bukan disebabkan oleh kesalahan kebijakan. Resesi ini adalah akibat wabah," ujarnya.

Baca Juga: Dukung Kesuksesan Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin, Prabowo: Kita Bagian Koalisi yang Solid

Ekonom senior Indef, Didik J Rachbini mengatakan, pemerintah belum berfungsi dalam menahan pertumbuhan minus.

Menurutnya, pemerintah justru menjadi sumber kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang negatif.

"Jadi pemerintah jangan bermimpi mengatasi resesi kalau kebijakan pandemi amburadul seperti sekarang," kata Didik.***

Partner Konten: Warta Ekonomi > Rakyat Merdeka

 

Editor: Nur Annisa

Sumber: Warta Ekonomi Rakyat Merdeka

Tags

Terkini

Terpopuler