Kesultanan Cirebon dan 3 Keraton Setelahnya, Lawang Sanga Kantor Pajak dan Bea Cukai Pertama

13 Juli 2022, 21:02 WIB
Foto:jelajah loka /

SABACIREBON-Keberadaan tiga keraton dari leluhur yang sama di Cirebon saat ini, mungkin menjadi salah satu bukti adanya perpecahan atau keretakan di Kesultanan Cirebon.

Di mana kini Cirebon memiliki tiga keraton yang awalnya berasal dari kerajaan Islam, Kesultanan Cirebon.

Baca Juga: Raphinha Pilih Barcelona, membuat Chelsea dan Arsenal Terpukul

Masing-masing Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan.

Jika ditelisik lebih jauh,
keseluruhan keraton yang ada menunjukkan adanya perpaduan arsitektur di dalamnya.

Mulai dari arsitektur Hindu ke Islam, dan seterusnya diresapi dengan pengaruh bangsa Cina dan Belanda. Hasilnya luar biasa, kemudian terciptalah arsitektur unik gaya khas Cirebon.

Baca Juga: Uniknya Hiasan Keramik Dinding Keraton Kasepuhan, Bukti Toleransi dan Kebinekaan

Untuk diketahui, Keraton Kasepuhan berada di lokasi yang kini masuk wilayah Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon.

Keraton ini dibangun pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II. Oleh karena itu, keraton ini adalah istana tertua di Jawa dengan sejarah terpanjang.

Baca Juga: RT Belum Dapat Laporan Penembakan di ​​​​​Rumah Kadiv Propam, Pensiunan Jendral Ini Tersinggung dan..

Selain itu, Keraton Kasepuhan juga merupakan yang terbesar. Berdiri di atas lahan seluas 10 hektar, dan terbaik di antara istana-istana Cirebon lainnya.

Pada setiap sudut keraton ini, dapat dilihat memiliki makna tersendiri. Bangunan dalam semua dicat putih di mana terdapat ruang tahta, ruang tamu rumah tangga kerajaan dan area resepsi untuk menemui para tamu penting sultan.

Baca Juga: Mahfud MD : Kasus Penembakan Antaranggota Polri Banyak Kejanggalan

Seperti kebanyakan keraton di Jawa, istana berdiri di sisi selatan menghadap ke alun-alun. Sedangkan di sisi baratnya terdapat masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Hal lain yang menarik dari istana ini adalah bangunan Lawang Sanga yang terletak di sisi selatan, langsung di tepi sungai Kriyan.

Bangunan ini adalah kantor pajak dan bea cukai pada masa pemerintahan kerajaan Cirebon.

Baca Juga: Universitas Widyatama dan Lembaga Pendidikan Jurnalisme PWI Jajagi Kerjasama Implementasi MBKM

Semua barang dari luar negeri yang memasuki kerajaan harus melewati sungai Kriyan di mana pejabat raja akan memungut bea cukai yang diperlukan.***

 

 

 

Editor: Otang Fharyana

Sumber: Bijb.co.id

Tags

Terkini

Terpopuler