Bersikap Menantang Larangan Protes, Pengunjuk Rasa Thailand Masih Terus Turun ke Jalan

- 18 Oktober 2020, 17:29 WIB
Ilustrasi unjuk rasa anti-pemerintah warga Thailand.
Ilustrasi unjuk rasa anti-pemerintah warga Thailand. /Bangkok Post

PR CIREBON - Ratusan pengunjuk rasa anti-pemerintah Thailand berdemonstrasi di Bangkok pada hari Minggu, sekali lagi menentang larangan protes terhadap Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha dan sistem monarkinya.

Demonstrasi terus berlanjut meskipun puluhan pengunjuk rasa dan pemimpin mereka ditangkap, penggunaan meriam air dan penutupan sebagian besar sistem kereta metro Bangkok dalam upaya memadamkan aksi jalanan yang telah berlangsung selama tiga bulan.

Para pengunjuk rasa bergerak cepat dari satu titik ke titik lain, mengunggah situs berbeda untuk kemungkinan demonstrasi di media sosial.

Baca Juga: Habib Rizieq Siap Pulang, Refly Harun: Hak Warga Negara, Meski Pasti Ada Pihak Tak Ingin

"Kami akan tinggal sampai selesai atau pindah ke lokasi lain dengan aktivis lain," kata Dee, 25 tahun, salah satu dari puluhan pengunjuk rasa di Asok, salah satu persimpangan tersibuk di Bangkok. Ratusan orang berkumpul di Monumen Kemenangan, hampir 5 km (3 mil) melalui jalan darat.

Para pengunjuk rasa di Asok memasang pemberitahuan tulisan tangan di stasiun yang ditutup yang bertuliskan, "Apakah menjilat sepatu bot diktator rasanya enak?", dan lainnya menggunakan bahasa yang lebih kasar.

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters, beberapa polisi berkumpul di sisi lain persimpangan tapi tidak segera turun tangan.

"Kami berkomitmen untuk menjaga perdamaian dan ketertiban. Untuk melakukannya kami terikat oleh hukum, standar internasional. hak asasi manusia," kata juru bicara polisi, Kisana Phathanacharoen, pada konferensi pers.

Baca Juga: Arogansi Polisi Tangkap Aktivis KAMI Indikasi Pelanggaran Jokowi, Refly Harun: Khianati Reformasi 98

Para pengunjuk rasa mengatakan Prayuth merekayasa pemilu tahun lalu untuk mempertahankan kekuasaan yang direbutnya dalam kudeta 2014, sebuah tuduhan yang ia bantah.

Demonstrasi juga menjadi lebih terbuka mengkritik monarki Raja Maha Vajiralongkorn, melanggar tabu lama, menuntut pembatasan kekuasaannya meskipun ada potensi hukuman penjara hingga 15 tahun bagi siapa pun yang menghina raja.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x