Keluarga mengenakan syal merah yang melambangkan kesedihan karena kehilangan orang yang dicintai dan lencana dengan empat bintang diukir untuk mewakili para korban, keluarga mereka, penyintas, dan penyelamat.
Seorang pengunjuk rasa Lee Jeong-nyeo (51), mengatakan, dia bergabung ikut unjuk rasa bersama putranya yang berusia 11 tahun merasa frustrasi karena Majelis Nasional tidak berbuat cukup banyak untuk mengungkap kebenaran kecelakaan itu.
Baca Juga: 1.531 Jiwa Terdampak Gempa Bumi Dangkal, Kab. Garut tak Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana
Bulan lalu, majelis menyelesaikan penyelidikan parlemen selama 55 hari atas kasus tersebut di tengah kritik, bahwa kasus tersebut tidak sesuai harapan dan digunakan sebagai alat untuk pertarungan politik.
"Kami menyatakan penyesalan yang mendalam kepada polisi dan pemerintah metropolitan Seoul karena berusaha memblokir suara keluarga yang berduka daripada mengingat dan mengenang para korban," kata kelompok sipil lokal, Lawyers for a Democratic Society, juga dikenal sebagai Minbyun, dalam pernyataannya.
Rep. Lee Jae-myung, pemimpin oposisi utama Partai Demokrat, dan anggota parlemen oposisi lainnya juga bergabung dalam unjuk rasa tersebut.
"Tanggung jawab negara tidak terlihat sebelum tragedi itu, setelah tragedi itu, dan sekarang ... Pemerintah kota Seoul bahkan dengan dingin menolak permintaan keluarga yang berduka meminta hanya ruang kecil untuk mengenang para korban hari ini," ujarLee.
Lee menuduh pemerintah Presiden Yoon Suk Yeol mengubah "keluarga biasa para korban" menjadi "pejuang", mengatakan partainya akan melanjutkan upayanya untuk mengungkap kebenaran bencana dan meminta pertanggungjawaban mereka yang harus bertanggung jawab.***