PM Israel Usul Pasang Microchip di Tubuh Anak-anak Cegah Aksi Pedofilia, Dikecam Pakar Siber

- 11 Mei 2020, 11:32 WIB
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan siapapun yang akan menyerang Israel akan mendapatkan balasan telak.
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan siapapun yang akan menyerang Israel akan mendapatkan balasan telak. / /REUTERS

PIKIRAN RAKYAT - Pakar siber mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas usulannya memasang microchip kepada anak-anak.

Hal itu pada awalnya akan dilakukan setelah pandemi Covid-19 berakhir di Israel.

Wacana tersebut telah direncanakan Netanyahu sejak lama. Ia menyarankan Kementerian Kesehatan menggunakan teknologi baru untuk membantu Israel menyesuaikan diri dengan rutinitas baru ketika lockdown mulai dilonggarkan.

Baca Juga: Cek Fakta: 10.000 Pendeta Diklaim Jadi Klaster Terbesar dari Penyebaran Corona, Ini Faktanya

"Saya berbicara dengan kepala teknologi kami untuk menemukan langkah-langkah yang baik di Israel, seperti sensor. Misalnya, setiap orang, setiap anak akan memiliki sensor yang akan membunyikan alarm," ujarnya disiarkan Jpost.

Ia mengungkapkan alarm itu akan berbunyi ketika seseorang terlalu dekat dengan anak-anak.

Namun, pernyataan Netanyahu bertolak belakang dengan apa yang disampaikan oleh Pakar Ketahanan Maya, Einat Meron.

Baca Juga: Dinyatakan Sebagai Infeksi Klaster Baru Covid-19, Itaewon Berubah Menjadi Kota Hantu

Einot mengungkapkan memasang microchip kepada anak-anak cukup berbahaya dan sulit.

"Akan sulit untuk melakukannya kepada lebih dari satu juta anak sekolah yang kembali ke lembaga pendidikan mereka untuk memastikan satu siswa duduk pada jarak dua meter dari yang lain. Itu adalah fiksi dan berbahaya," ujar Einat Meron.

Meron juga menambahkan, ide perdana menteri secara teoritis cukup baik, namun meskipun microchip yang peka jarak seperti itu ada dalam kendaraan, itu berbeda pada manusia.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Jalan Tol Cisumdawu adalah Jalan Tol Terkeren di Indonesia? Ini Faktanya

"Bunyi bip memberitahu saya bahwa saya dekat dengan seseorang tidak cukup. Siapa bilang itu akan mengubah apa pun? Saya justru akan semakin dekat," ujarnya.

Meron mengungkapkan bahwa masalah sebenarnya adalah penegakkan keamanan yang harus ditingkatkan.

Mirip dengan gagasan Meron bahwa memberitahukan warga tentang jarak mereka tidak akan mempengaruhi tindakan mereka, banyak yang khawatir negara akan menggunakan informasi yang tersedia.

Baca Juga: Prancis Ajukan 'Amandemen Kekasih' agar Pasangan Bisa Bertemu setelah Kelonggaran Lockdown

"Jika informasi dengan lokasi anak-anak diunggah ke internet, seorang pedofil dengan pengetahuan dunia maya dapat menyerang sistem dan membuntuti mereka di luar sekolah mereka, ikuti mereka dan distribusikan informasi itu di platform lain," ujar Meron.

Meron pun mempertanyakan apakah negara bisa bertanggung jawab dengan segala kemungkinan yang akan terjadi di kemudian hari.

Menanggapi hal itu, Kantor Perdana Menteri ikut buka suara dengan mengungkapkan bahwa informasi dari sensor nantinya tidak akan melalui basis data, namun berasal dari teknologi sederhana yang dapat memberi tahu warga tentang jarak.

Baca Juga: Bagaikan Pisau Bermata Dua, Mafia Italia Tawarkan Bantuan di Tengah Pandemi

"Sebuah ide yang dapat membantu menjaga jarak sosial, dan tidak akan ada pelanggaran privasi," ujar kantor PM.***

 

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: jpost


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah