PBB Sebut Kebakaran Kapal Sri Lanka Menyebabkan 'Kerusakan Signifikan pada Planet'

- 20 Juni 2021, 21:30 WIB
Ilustrasi. Perwakilan PBB di Sri Lanka mengatakan kapal yang tenggelam menyebabkan 'kerusakan yang signifikan' karena melepaskan zat berbahaya ke dalam ekosistem.
Ilustrasi. Perwakilan PBB di Sri Lanka mengatakan kapal yang tenggelam menyebabkan 'kerusakan yang signifikan' karena melepaskan zat berbahaya ke dalam ekosistem. /Pixabay/12019

PR CIREBON- Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Sri Lanka mengatakan insiden tenggelam sebuah kapal kontainer yang terbakar saat mengangkut bahan kimia di lepas pantai ibu kota telah menyebabkan “kerusakan signifikan pada planet ini” dengan melepaskan zat berbahaya ke dalam ekosistem.

Seperti diketahui, kapal MV X-Press Pearl berbendera Singapura tersebut tenggelam di lepas pantai Kolombo, Sri Langka pada Kamis sebulan setelah terbakar, meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan bencana lingkungan.

PBB mengatakan sedang mengoordinasikan upaya internasional dan membantu Sri Lanka dalam menilai kerusakan, upaya pemulihan, dan mencegah bencana serupa di masa depan.

Baca Juga: Ayana Moon ke Tsamara Amany: Senang Sekali Bertemu Wanita Luar Biasa

“Keadaan darurat lingkungan seperti ini menyebabkan kerusakan signifikan pada planet ini dengan pelepasan zat berbahaya ke dalam ekosistem,” kata Koordinator Residen PBB di Sri Lanka Hanaa Singer-Hamdy dalam sebuah pernyataan pada Sabtu, 19 Juni 2021, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

“Ini, pada gilirannya, mengancam kehidupan dan mata pencaharian penduduk di wilayah pesisir,” sambungnya.

Sementara itu, tim ahli tumpahan minyak dan kimia PBB, yang disediakan oleh Uni Eropa telah dikirim ke Sri Lanka.

Baca Juga: Bertukar Cerita, Tsamara Amany Senang Bertemu Ayana Moon: Sukses Selalu

Sri Lanka telah mengajukan klaim sementara sebesar $40 juta atau sekira Rp580 miliar kepada X-Press Feeders, perusahaan yang mengoperasikan kapal tersebut.

Klaim tersebut diajukan untuk menutupi sebagian biaya pemadaman kebakaran, yang terjadi pada 20 Mei ketika kapal itu berlabuh sekitar 9,5 mil laut (18 kilometer) barat laut Kolombo dan menunggu untuk memasuki pelabuhan.

Para pemerhati lingkungan menuntut pemerintah dan X-Press Feeders karena diduga gagal mencegah bencana lingkungan laut terburuk di Sri Lanka, sementara polisi Sri Lanka telah meluncurkan penyelidikan kriminal atas insiden tersebut.

Baca Juga: Rektor Unipar Jember Tersandung Kasus Pelecehan Seksual hingga Mundur dari Jabatannya, Begini Klarifikasinya

Pekan lalu, para ahli menemukan perekam data dari kapal yang dilanda kebakaran.

Angkatan Laut Sri Lanka yakin api itu disebabkan oleh muatan kimianya, yang mencakup lebih dari 22 ton asam nitrat dan bahan kimia lainnya, yang sebagian besar hancur dalam kebakaran itu.

Tetapi puing-puing termasuk fiberglass yang terbakar dan berton-ton pelet plastik telah mencemari pantai-pantai terdekat.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Pertama yang Anda Lihat Tunjukkan Pandangan Orang Lain Terhadapmu!

Berton-ton butiran mikroplastik telah membanjiri pantai-pantai terkenal di negara Asia Selatan di Negombo, tujuan wisata populer, memaksa larangan memancing dan memicu kekhawatiran akan kerusakan ekologis.

Laporan media lokal mengatakan lebih dari 50 kura-kura dan delapan lumba-lumba telah ditemukan mati di seluruh pulau sejak kapal terbakar pada 20 Mei.

Pejabat tinggi lingkungan negara itu, Anil Jasinghe, pada hari Kamis mengaitkan kematian itu dengan X-Press Pearl, tetapi mengatakan dia masih menunggu laporan otopsi akhir.

Baca Juga: Akui Tak Paham dengan Pemikiran Anies Baswedan, Ferdinand Hutahaean: Berikan Contoh Bukan Seperti ini

Sebuah manifes kapal yang dilihat oleh The Associated Press mengatakan kapal itu membawa kurang dari 1.500 kontainer, dengan 81 di antaranya digambarkan sebagai barang "berbahaya".

Perhatian utama adalah sekitar 300 ton minyak bunker yang digunakan sebagai bahan bakar kapal. Tetapi para pejabat mengatakan itu bisa saja terbakar.

Baik otoritas Sri Lanka dan operator kapal mengatakan sejauh ini tidak ada tanda-tanda tumpahan minyak.***

Editor: Arman Muharam

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah