Bantah Genosida Muslim Uighur, Tiongkok: Pintu ke Xinjiang Selalu Terbuka untuk Fakta dan Kebenaran

- 23 Februari 2021, 13:11 WIB
Protes terhadap genosida di Xinjiang. Tiongkok membantah adanya genosida di Xinjiang.*
Protes terhadap genosida di Xinjiang. Tiongkok membantah adanya genosida di Xinjiang.* /Reuters/Leah Millis

PR CIREBON – Tiongkok membantah apa yang mereka sebut sebagai serangan fitnah tentang kondisi Muslim Uighur dan minoritas lainnya yang tinggal di wilayah Xinjiang.

Tiongkok mengatakan bahwa orang-orang di Xinjiang menikmati kebebasan beragama dan hak-hak fundamental lainnya.

Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi, berbicara di depan Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa, mengatakan ada 24.000 masjid di wilayah barat.

Baca Juga: 500 Ribu Warga AS Meninggal karena Covid-19, Joe Biden: Lebih Banyak Dibanding Kematian Perang Dunia

Ia juga menambahkan bahwa tidak pernah ada yang disebut genosida, kerja paksa atau penindasan agama di Xinjiang.

“Pintu ke Xinjiang selalu terbuka. Orang-orang dari banyak negara yang mengunjungi Xinjiang telah mempelajari fakta dan kebenaran di lapangan.

"Tiongkok juga menyambut Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia untuk mengunjungi Xinjiang,” kata Wang, merujuk pada kepala hak asasi PBB Michelle Bachelet.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini, 23 Februari 2021: Capricorn, Aquarius, dan Pisces Beberapa Ikatan Mungkin akan Putus

Aktivis dan pakar hak asasi PBB mengatakan bahwa setidaknya satu juta Muslim dipenjara di kamp-kamp di wilayah barat yang terpencil.

Tiongkok menyangkal pelanggaran dan mengatakan kamp-kamp itu memberikan pelatihan kejuruan dan diperlukan untuk melawan ekstremisme.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, mengecam penyiksaan, kerja paksa dan sterilisasi yang menurutnya terjadi terhadap Muslim Uighur dalam skala industri.

Baca Juga: Parlemen Kanada Keluarkan Mosi, Putuskan Tiongkok Lakukan Genosida Terhadap Muslim Uighur

"Situasi di Xinjiang sangat luar biasa," kata Raab di forum Jenewa di mana Tiongkok termasuk di antara 47 negara anggota, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

“Pelanggaran yang dilaporkan, termasuk penyiksaan, kerja paksa dan sterilisasi paksa terhadap perempuan, sangat ekstrim dan ekstensif. Itu terjadi dalam skala industri,” sambungnya.

Raab meminta Bachelet atau pakar independen lainnya untuk diberikan akses mendesak dan tidak terkekang ke Xinjiang dan mengatakan bahwa harus ada resolusi di dewan untuk efek ini.

Baca Juga: BREAKING NEWS ‘Daft Funk’ Bubar! Satu Robot Meledak dalam Epilog Perpisahannya

Bulan lalu, komisi bipartisan Kongres Amerika Serikat juga mengatakan dalam sebuah laporan baru bahwa Tiongkok diduga melakukan genosida dalam perlakuannya terhadap orang Uighur dan Muslim minoritas lainnya di wilayah barat Xinjiang.

Komisi Eksekutif Kongres untuk Tiongkok (CECC) mengatakan, bukti baru muncul pada tahun lalu bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan sedang terjadi.

Pada Desember tahun lalu, Human Rights Watch mengatakan, program big data di Xinjiang secara sewenang-wenang memilih Muslim untuk ditahan, menandai perilaku seperti mengenakan kerudung, mempelajari Alquran atau pergi haji sebagai alasan penangkapan.

Baca Juga: Kabupaten Buol Dilanda Gempa 5,8 Magnitudo, Ferdinand Hutahaean: Semoga Listriknya Tercukupi

Sedangkan, Presiden AS Joe Biden telah mendukung keputusan oleh pemerintahan Trump yang menyatakan bahwa Tiongkok telah melakukan genosida di Xinjiang***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x