Sebelumnya, militer Myanmar mengisyaratkan pihaknya dapat merebut kekuasaan untuk menyelesaikan klaim penyimpangan dalam pemungutan suara, yang dimenangkan oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi dengan mudah.
Baca Juga: Reza Arap Ajukan jadi Relawan Edukasi Covid-19, dr. Tirta: Mantap Nih, Saya Setuju
Pihak militer, yang dikenal sebagai Tatmadaw, menuduh adanya kecurangan suara besar-besaran dalam pemilu, meski gagal memberikan bukti. Sedangkan, Komisi Pemilihan Umum negara bagian pekan lalu menolak tuduhan tersebut.
Tentara mengambil posisi di balai kota di kota utama Yangon dan data internet seluler serta layanan telepon di benteng NLD terganggu, kata penduduk.
Konektivitas internet juga telah turun secara dramatis, kata layanan pemantauan NetBlocks.
Baca Juga: Beri Ucapan Selamat Harlah Ke-95, Menkominfo Minta NU Konsisten Jaga Empat Hal ini
Aung San Suu Kyi yang berusia 75 tahun sejauh ini adalah politisi paling dominan di negara itu, dan menjadi pemimpin de facto negara itu setelah memimpin perjuangan tanpa kekerasan selama puluhan tahun melawan kekuasaan militer.
Partainya merebut 396 dari 476 kursi di gabungan majelis rendah dan atas parlemen dalam pemilihan November tahun lalu.***