Gagal Berikan Vaksin Ke Negara Miskin, WHO: Dunia Berada di Ambang Bencana Kegagalan Moral

- 19 Januari 2021, 06:33 WIB
Potret anak-anak di Afrika. WHO menyinggung soal kegagalan memberikan vaksin Covid-19 pada negara-negara miskin.*
Potret anak-anak di Afrika. WHO menyinggung soal kegagalan memberikan vaksin Covid-19 pada negara-negara miskin.* /Pixabay/Mleveill

PR CIREBON - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Senin, 18 Januari 2021, mengatakan bahwa dunia berada “di ambang bencana kegagalan moral”.

Hal itu disebutkan Direktur Jenderal WHO karena telah gagal memberikan vaksin kepada negara-negara miskin.

"Orang dewasa yang lebih muda dan lebih sehat di negara kaya divaksinasi sebelum petugas kesehatan dan orang tua di negara miskin, itu tindakan yang tidak dibenarkan" kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO yang dikutip Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Business Insider.

Baca Juga: Hapus Konten Pengguna, Platform Media Sosial bisa Dikenakan Sanksi di Polandia

Pemerintah secara alami ingin memprioritaskan pekerja kesehatan dan orang tua di negara mereka sendiri.

Namun, menurut WHO, mereka juga harus bersama-sama memprioritaskan mana yang paling berisiko terkena penyakit parah dan kematian di seluruh dunia, katanya.

"Lebih dari 39 juta dosis vaksin sekarang telah diberikan di setidaknya 49 negara berpenghasilan tinggi, tetapi hanya 25 dosis yang telah diberikan di satu negara berpenghasilan rendah," ucap Tedros.

Baca Juga: Tiga Warga Sipil Terluka, Pasca Penyerangan Proyektil Militer dari Kelompok Houthi

Sebuah pendekatan "saya pertama" (yang divaksinasi) adalah sebuah pemikiran yang "merugikan diri sendiri", yang pada akhirnya memperpanjang pandemi, pembatasan yang diperlukan, serta penderitaan manusia dan ekonomi.

Penelitian dari Pusat Inovasi Kesehatan Global Universitas Duke memperkirakan bahwa perlu waktu bertahun-tahun untuk meluncurkan vaksin di negara-negara miskin.

Sebab, biaya dan ketersediaan vaksin, serta kurangnya infrastruktur untuk mengangkut, menyimpan, dan mendistribusikan suntikan.

Baca Juga: Kerangka Ular Piton Berusia 47 Juta Tahun Ditemukan di Jerman Selatan

Tedros mengatakan bahwa negara dan perusahaan telah menjanjikan akses yang adil dengan mendaftar ke COVAX (skema sukarela untuk memastikan distribusi vaksin diluncurkan ke seluruh dunia).

COVAX diluncurkan oleh WHO, aliansi vaksin Gavi, dan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI).

Tetapi, negara dan perusahaan tertentu telah menghindari COVAX, katanya, memprioritaskan diri mereka sendiri dan dengan demikian menaikkan harga.

Baca Juga: Dinyatakan Rasis dan Tercela, Spanduk 'White Lives Matter' Diturunkan Pejabat Setempat di California

Produsen juga memprioritaskan persetujuan regulasi di negara-negara kaya di mana keuntungan tertinggi, tambahnya.

Tedros  tidak menyebutkan negara atau perusahaan tertentu.

Namun, ia mendesak negara-negara yang telah menghindari COVAX- dan yang memiliki kendali pasokan untuk lebih transparan tentang kontrak mereka, dan membagikan kelebihan vaksin.

Baca Juga: Varian Baru Corona Menyebar di Brasil, Sistem Kesehatan Kacau dan Kekurangan Oksigen

"Tantangan saya kepada semua negara anggota adalah memastikan bahwa vaksin Covid-19 telah diberikan di setiap negara, sebagai simbol harapan untuk mengatasi pandemi dan ketidaksetaraan yang menjadi akar dari begitu banyak tantangan kesehatan global,” ujarnya.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Business Insider


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah