Ledakan Mematikan Menghantam Aula Pernikahan Yaman, Lima Orang Wanita Tewas di Tempat

- 2 Januari 2021, 20:36 WIB
Ledakan Mematikan Menghantam Aula Pernikahan Yaman,  Lima Orang Wanita Tewas di Tempat, Foto Ilustrasi pesta pernikahan.*
Ledakan Mematikan Menghantam Aula Pernikahan Yaman, Lima Orang Wanita Tewas di Tempat, Foto Ilustrasi pesta pernikahan.* /Pixabay/Anurag1112


PR CIREBON – Sedikitnya, lima wanita tewas ketika proyektil meledak di pesta pernikahan di kota Hodeida, Laut Merah Yaman, negara yang saat ini tengah dilanda perang itu.

Atas peristiwa tersebut, pemerintah dan pemberontak Houthi pun saling menyalahkan atas serangan yang terjadi pada Jumat malam di dekat bandara Hodeida, garis depan antara pasukan mereka di tepi pelabuhan utama yang dikuasai Houthi.

Peristiwa Itu terjadi di hari tahun baru dan hanya dua hari setelah sebelumnya 26 orang tewas dalam ledakan yang mengguncang bandara kota selatan Aden ketika para menteri pemerintah turun dari pesawat.

Baca Juga: Komentari Risma Sidak ke Gorong-gorong, Rocky Gerung: Tidak Perlu Dilakukan Risma

Dikutip Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari The National World, di Hodeida, "ledakan menghantam pintu masuk kompleks beberapa ruang pernikahan", kata seorang saksi mata kepada AFP, saat pesta diadakan untuk seorang pendukung pemberontak yang baru menikah.

Pejabat setempat mengatakan bahwa lima wanita tewas, dan anak-anak di antara tujuh lainnya terluka.

Jenderal Sadek Douid, perwakilan pemerintah dalam komisi gabungan yang disponsori PBB yang mengawasi gencatan senjata, mengutuk insiden tersebut sebagai "kejahatan menjijikkan yang dilakukan oleh Houthi terhadap warga sipil".

Baca Juga: Jalankan Aksi Protes, 16 Warga Palestina Terluka oleh Tentara Israel

Sementara itu, Gubernur Hodeida yang ditunjuk Houthi, Mohammed Ayache, mengatakan di televisi Al Masirah, yang dijalankan oleh pemberontak Muslim Syiah, bahwa "kekuatan agresi tidak pernah ragu untuk menyalahkan orang lain atas kejahatan mereka".

Pasukan pemerintah yang didukung Arab Saudi melancarkan serangan pada Juni 2018 untuk merebut kembali Hodeida, pintu masuk utama bantuan kemanusiaan ke negara termiskin di dunia Arab.

Gencatan senjata telah dilaksanakan sebagian sejak Desember tahun itu. Pemerintah baru Yaman berjanji pada Kamis untuk memulihkan stabilitas, sehari setelah ledakan mematikan di landasan pacu bandara di Aden, kota utama selatan.

Baca Juga: Bom Mobil Meledak dekat Pangkalan Rusia di Suriah, Kelompok Jihadis Klaim Serangan

Semua anggota kabinet dilaporkan tidak terluka, dalam apa yang dituduhkan oleh beberapa menteri sebagai serangan oleh pemberontak Houthi, yang telah menguasai ibu kota Sanaa sejak September 2014 dan berbasis di Yaman utara.

Menteri Luar Negeri Ahmed bin Mubarak mengatakan kepada AFP bahwa pemerintah baru siap untuk menangani tantangan yang dihadapi Yaman.

"Pemerintah bertekad untuk memenuhi tugasnya dan berupaya memulihkan stabilitas," katanya. "Serangan teroris ini tidak akan menghalangi itu."

Baca Juga: Gubernur Jawa Timur Positif Covid-19, Khofifah Sebut Tidak Ada Gejala yang Dirasakan

Pemerintahan baru termasuk para pendukung Dewan Transisi Selatan yang memisahkan diri, serta partai-partai lain.

Diketahui, puluhan ribu orang, yang sebagian besar merupakan warga sipil telah tewas dan jutaan orang lainnya terlantar dalam perang enam tahun Yaman, yang telah memicu apa yang disebut PBB sebagai bencana kemanusiaan terburuk di dunia.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: The National News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah