Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri, Wanita Asal Indonesia Ditangkap di Filipina

10 Oktober 2020, 14:14 WIB
Ilustrasi Bunuh Diri /Pixabay.com/

PR CIREBON – Seorang wanita Indonesia yang diduga merencanakan serangan bom bunuh diri di Filipina bagian selatan ditangkap pada Sabtu, 10 Oktober 2020 dini hari waktu setempat.

Dilansir Pikiranrakyat-Cirebon.com dari Straits Times, penangkapan itu terjadi kurang dari dua bulan setelah sepasang wanita pelaku bom bunuh diri meledakkan bom di pulau Jolo di provinsi mayoritas Muslim, Sulu, Filipina, yang menewaskan 15 orang dan melukai 74 lainnya.

Pasukan keamanan mengatakan serangan 24 Agustus itu dilakukan oleh kelompok militan Abu Sayyaf.

Baca Juga: DKI Jakarta Merugi hingga Rp65 Miliar Usai Kerusuhan Omnibus Law, TransJakarta Paling Parah

Menurut Satuan Tugas Gabungan di Filipina, wanita Indonesia itu diidentifikasi sebagai RFR dan merupakan istri dari militan asal Indonesia yang terbunuh di Sulu pada Agustus.

Dia juga diyakini sebagai putri dari dua pelaku bom bunuh diri yang menewaskan 21 orang dalam serangan di katedral Katolik di Jolo awal tahun lalu.

Serangan tersebut juga dikatakan petugas setempat diakibatkan oleh kelompok yang terkait dengan Abu Sayyaf.

Baca Juga: Kritik Pedas Pemerintah Soal Omnibus Law, Amien Rais: Indonesia Bisa Di­peras di Segala Bidang

"Kami telah mengejar pelaku bom bunuh diri teroris asing di Sulu setelah pemboman kembar kota Jolo pada Agustus. RFR adalah yang pertama dalam daftar kami sejak kami menerima laporan intelijen bahwa dia akan melakukan bom bunuh diri," kata Brigjen William Gonzales.

Sebuah rompi yang dilengkapi dengan bom pipa disita bersama dengan komponen alat peledak rakitan lainnya dari rumah di pulau Jolo yang diyakini dimiliki oleh seorang pemimpin Abu Sayyaf.

RFR ditahan bersama dengan dua wanita lain yang menikah dengan anggota Abu Sayyaf.

Baca Juga: Akhirnya Buka Suara, Inilah 10 Bantahan Jokowi terkait Disinformasi UU Cipta Kerja

Terdaftar oleh Amerika Serikat sebagai organisasi teroris, Abu Sayyaf adalah jaringan militan terafiliasi ISIS yang disalahkan atas serangan teror terburuk di Filipina dan penculikan turis asing dan misionaris Kristen.

Serangan bunuh diri dulunya sangat jarang terjadi di Filipina, tetapi sejak Juli 2018 setidaknya ada lima serangan.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: straits times

Tags

Terkini

Terpopuler