Gelombang Panas Menjadi Pengingat yang Mematikan Bagi Dunia untuk Bertindak Atas Perubahan Iklim

4 Juli 2021, 05:45 WIB
Ilustrasi. Ilmuwan iklim berpendapat bahwa tingkat gelombang panas yang ekstrem adalah bukti pemanasan global yang disebabkan oleh manusia. /Unsplash/Juan José Zevallos

PR CIREBON- Fenomena gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya, dilaporkan telah menewaskan puluhan orang di Kanada bagian barat dan Amerika Serikat (AS) bagian barat laut.

Tak hanya di benua Amerika, gelombang panas saat ini juga terjadi di Asia Selatan dan Timur Tengah, Rusia dan Eropa Timur.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Korea Times, ilmuwan iklim berpendapat bahwa tingkat gelombang panas yang ekstrem adalah bukti pemanasan global yang disebabkan oleh manusia dan orang-orang harus bersiap untuk menggangap hal ini sebagai peristiwa umum.

Baca Juga: Tamara Bleszynski Unggah Foto Liang Lahat dan Singgung Kematian, Kenapa?

Kecuali, jika dunia secara dramatis mengurangi emisi gas rumah kaca dengan beralih ke sumber energi yang lebih bersih. Apa yang oleh sebagian orang disebut sebagai "new normal" dapat meningkat menjadi sesuatu yang jauh lebih buruk.

Seperti diketahui, provinsi British Columbia di Kanada dan negara bagian Oregon dan Washington di AS pekan lalu mengalami peningkatan suhu hingga 49,5 derajat Celcius, suhu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Warga di Kanada terkejut dan ketakutan, iklim regional biasanya sedang sepanjang tahun ini.

Baca Juga: Tersanjung Dapat Julukan 'King of Settingan', Uya Kuya: Sesuatu Kalau Engga Diatur Berantakan

Namun, Kanada tidak sendirian dalam penderitaan fenomena ekstrem ini, dengan ketinggian yang tidak biasa, menyebabkan lubang pembuangan muncul di Alaska tengah, pencairan lapisan permafrost di Siberia dan lebih jauh ke selatan, dan merkuri melonjak melampaui 50 derajat di Iran, Irak, Kuwait, Oman, Uni Emirat Arab dan Pakistan.

Rekor peningkatan suhu juga terjadi di Hong Kong dan di tempat lain di Tiongkok Selatan, kota ini mengalami musim semi terpanas dari Maret hingga Mei.

Kata-kata seperti "new normal" dan rekor semakin sering terdengar ketika cuaca sedang dibicarakan.

Baca Juga: Update Kasus Covid-19 di Indonesia per Hari Ini Pecahkan Rekor Semenjak Pandemi Berlangsung

Tapi sementara perubahan iklim secara luas dianggap sebagai ancaman terbesar dunia, tindakan yang tidak memadai oleh sebagian besar negara semakin memperburuk keadaan.

Target utama Kesepakatan Perubahan Iklim Paris 2015 adalah untuk memastikan kenaikan suhu abad ini tetap jauh di bawah 2 derajat di atas tingkat pra-industri.

Fenomena gelombang panas adalah pengingat bahwa dunia tidak bergerak cukup cepat.

Baca Juga: Daftar HET Obat-obatan yang Digunakan di Masa Pandemi Covid-19

Tiongkok bertujuan untuk menjadi netral karbon sebelum tahun 2060 dan merupakan pemimpin dunia dalam teknologi energi bersih seperti panel surya, turbin angin, dan kendaraan listrik.

Sebagai penghasil karbon dioksida global terbesar, banyak yang harus dilakukan Tiongkok untuk mencapai tujuannya.

Namun demikian, juga negara maju, seperti yang ditunjukkan ketika negara-negara G7 baru-baru ini gagal menyepakati batas waktu dalam mengakhiri penggunaan batu bara untuk listrik.***

Editor: Arman Muharam

Sumber: Korea Times

Tags

Terkini

Terpopuler