Virus Corona Ditemukan di Wuhan, Tiongkok Dorong Penelitian Asal-Usul Covid-19 Dilakukan di Negara Lain

3 April 2021, 12:01 WIB
Ilustrasi - Selama ini mendapat kritikan dari negara barat, Tiongkok kini minta penelitian asal usul Covid-19 dilakukan juga di negara lainnya.* /pixabay.com/geralt

PR CIREBON - Pejabat kesehatan Tiongkok mendorong penelitian asal-usul virus corona dilakukan juga di luar Tiongkok.

Dorongan penelitian asal usul virus corona di luar Tiongkok dikemumakan, satu hari setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis laporan asal usul Covid-19. 

Pihak Tiongkok juga membantah kritik bahwa Tiongkok tidak memberikan cukup data kepada tim ahli internasional WHO yang mengunjungi Wuhan, kota di Tiongkok tempat kasus pertama terdeteksi.

Baca Juga: Hubungan Iran dan AS Memanas di Era Donald Trump, Kini Kedua Negara Mulai Diskusi Kembali Soal Nuklir

Pencarian asal usul virus corona telah menjadi perseteruan diplomatik. AS dan negara-negara Barat lainnya telah berulang kali mengajukan pertanyaan tentang penundaan, transparansi, dan akses data.

Sementara Tiongkok telah memberikan teori yang menunjukkan bahwa virus corona mungkin berasal dari tempat lain selain Tiongkok.

"Jika kita membatasi studi asal di China (Tiongkok), saya pikir ini adalah kesalahpahaman ilmiah, karena sumbernya masih belum jelas," kata Liang Wannian, kepala tim Tiongkok yang bekerja dengan kelompok ahli WHO.

Dia mengatakan para ahli sepakat bahwa tempat kasus pertama diidentifikasi belum tentu di mana virus corona itu muncul.

Baca Juga: The Penthouse 2 Dapat Rating Tinggi di Akhir Episode, Sang Produser: Tolong Nantikan Musim Ketiganya!

“Berdasarkan konsensus ilmiah ini, kita harus memiliki sudut pandang yang lebih luas dalam hal sourcing,” ujarnya.

Para ahli setuju bahwa virus corona bisa datang dari tempat lain, salah satunya dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara.

Tetapi desakan Tiongkok untuk memperluas penelitian ini, dinilai hanya sebagai motif politik untuk menghadapi kritik Negara Barat selama ini.

Laporan WHO menyimpulkan bahwa virus corona atau nenek moyangnya kemungkinan besar dibawa oleh kelelawar, yang menginfeksi hewan lain yang menginfeksi manusia.

Baca Juga: Kementerian Luar Negeri Arab Saudi Sebut Kesepakatan dengan Israel Akan Sangat Membantu

Para peneliti belum dapat melacak kelelawar atau hewan perantara tersebut, tetapi mereka curiga terhadap habitat kelelawar di barat daya Tiongkok atau Asia Tenggara.

Kelelawar yang membawa virus corona yang sebabkan Covid-19 telah ditemukan di Provinsi Yunnan, Tiongkok.

Tetapi para ahli Tiongkok mencatat bahwa virus semacam itu juga telah diidentifikasi di Asia Tenggara.

Hal yang sama berlaku untuk trenggiling, mamalia lain yang dianggap sebagai pembawa kemungkinan virus. 

Baca Juga: Vladimir Putin Dijuluki Pria Terseksi di Rusia, Kerap Berpose Bertelanjang Dada

“Oleh karena itu, kami merasa perlu melakukan studi sumber virus di bawah kerangka global,” kata Tong Yigang, ketua kelompok hewan dan lingkungan di tim Tiongkok.

Liang menyebut tuduhan bahwa Tiongkok tidak membagikan data itu tidak valid. Dia mengatakan sulit membayangkan para ahli memeriksa setiap sampel dan catatan, dan sebaliknya mereka menggunakan database untuk melakukan analisis.

"Mengenai masalah ini, apa yang bisa dilihat oleh pakar China (Tiongkok) kita sama dengan apa yang bisa dilihat oleh pakar asing," katanya.

Dominic Dwyer, seorang ahli Australia di tim WHO, mengatakan meskipun dapat dikatakan bahwa mereka seharusnya diizinkan untuk mengunjungi Wuhan lebih awal, tim tersebut mendapat kerja sama yang sangat baik dari kolega Tiongkok mereka.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Akar Konflik Anang dan Krisdayanti Masih Ada hingga Nobu Kini Jadi Primadona Wanita

"Ya, ada lebih banyak hal yang mungkin telah diberikan kepada kami. Tetapi secara umum, mereka memberi kami banyak data yang belum pernah dilihat dunia sebelumnya dan kami dapat menganalisisnya," katanya. 

Juru bicara pemerintah Jepang, Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato, menyuarakan keprihatinan yang diungkapkan oleh pemerintah AS, Uni Eropa dan lainnya.

"Kami prihatin bahwa penyelidikan ini menghadapi penundaan dan kurangnya akses ke sampel virus. Penyelidikan yang cepat, independen, dan dipimpin oleh ahli yang bebas dari pengawasan," ucapnya. 

Bahkan terminologi tersebut telah menjadi sumber perdebatan, dengan Tiongkok dan WHO mengatakan mereka melakukan penelitian bersama, bukan penyelidikan.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Japan Talk

Tags

Terkini

Terpopuler