Penembakan Warga Anti Kudeta Myanmar Semakin Brutal, Anak-anak hingga Bayi Berumur 1 Tahun Jadi Korban

29 Maret 2021, 12:15 WIB
Pihak militer Myanmar terus membunuh warga yang menentang kudeta, anak-anak hingga bayi menjadi korban.* /REUTERS/Stringer

PR CIREBON – Protes anti militer sebagai imbas dari kudeta Myanmar terus menumpahkan darah.

Pasukan militer Myanmar tidak henti melakukan penembakan terhadap para demonstran yang melawan adanya kudeta.

Penembakan yang ditujukan pasukan kemanan Myanmar itu telah menyebabkan banyak korban jiwa dari beragam kalangan masyarakat.

Baca Juga: Fadli Zon Heran Aksi Terorisme Masih Terjadi, Ferdinand Hutahaean Balik Singgung Soal Dukungan ke FPI dan HTI

Bahkan, seorang anak berusia tujuh tahun sempat menjadi korban penembakan militer Myanmar.

Hingga kini, penembakan demonstran oleh militer Myanmar tersebut telah menewaskan ratusan orang.

Sebagaimana diberitakan PR Bekasi dalam artikel "Puluhan Pengunjuk Rasa di Myanmar Tewas Kemarin, Warga: Mereka Bunuh Kami Seperti Ayam, Bahkan di Rumah" para pengunjuk rasa menentang aksi para jenderal dalam perayaan Hari Angkatan Bersenjata, yang faktanya di lapangan kebanyakan mereka ditembak di kepala dan punggung.

Baca Juga: Akui Pernah Jadi Anak Kos Meski Kini Tajir Melintir, Maia Estianty Tidak Segan untuk Makan Lesehan

"Hari ini adalah hari yang memalukan bagi angkatan bersenjata," ujar Dr. Sasa, juru bicara CRPH, kelompok anti-junta yang dibentuk oleh anggota parlemen yang digulingkan, kepada sebuah forum online.

Kematian pada hari Sabtu disebut sebagai salah satu hari paling berdarah sejak kudeta yang membuat jumlah warga sipil yang dilaporkan tewas menjadi hampir 400.

Puluhan ribu orang berdemonstrasi di beberapa bagian negara Myanmar pada hari Sabtu.

Baca Juga: Para Kaum Hawa, Katakan 3 Hal Ini untuk Membuat Kekasih Hati Semakin Mencintaimu

Kemudian seorang anak laki-laki yang dilaporkan oleh media lokal berusia lima tahun, termasuk di antara setidaknya 13 orang yang tewas di kota kedua di Myanmar, Mandalay.

Sementara itu, portal berita Myanmar Now mengatakan 64 orang telah tewas secara total di seluruh negeri pada pukul 2.30 malam.

Tiga orang, termasuk seorang pria yang bermain di tim sepak bola lokal U-21, tewas dalam protes di distrik Insein di kota terbesar Myanmar, Yangon, ujar seorang kepada Reuters.

Baca Juga: Ivan Gunawan Pernah Pinjami Uang Rp1 Miliar pada Dirinya, Ruben Onsu: Sembuh dari Covid-19, Langsung ke Bank

"Mereka membunuh kami seperti burung atau ayam, bahkan di rumah kami," kata Thu Ya Zaw di pusat kota Myingyan ketika sedikitnya dua pengunjuk rasa tewas.

"Kami akan terus memprotes. Kami harus berjuang sampai junta jatuh," ungkapnya.

Selanjutnya, ada korban lagi yang dilaporkan dari wilayah Sagaing tengah, Lashio di timur, di wilayah Bago, dekat Yangon, dan tempat lain.

Baca Juga: Jangan Terlalu Keras pada Diri Sendiri, Simak 4 Kunci Penting untuk Penyembuhan Emosional Anda!

Seorang bayi berumur satu tahun dipukul matanya dengan peluru karet.

Sementara itu, salah satu dari dua lusin kelompok etnis bersenjata Myanmar, Serikat Nasional Karen, mengatakan telah menyerbu sebuah pos militer di dekat perbatasan Thailand.

Dalam serangan tersebut menewaskan setidaknya 10 orang, termasuk seorang letnan kolonel dan salah satu pejuangnya.

Baca Juga: Ditanya Alasan Ayus Tak Pernah Hadiri Sidang Cerai, Ririe Fairus Akui Tidak Tahu: Nggak Sampai Nanya

Faksi etnis bersenjata Myanmar tidak akan berdiam diri dan membiarkan lebih banyak pembunuhan, pemimpin salah satu kelompok bersenjata utama mengatakan pada Sabtu, 27 Maret 2021.

Namun juru bicara militer tidak menanggapi panggilan untuk mengomentari pembunuhan oleh pasukan keamanan atau serangan pemberontak di posnya.

Setelah memimpin parade militer di ibu kota Naypyitaw untuk memperingati Hari Angkatan Bersenjata, Jenderal Senior Min Aung Hlaing menegaskan kembali janji untuk mengadakan pemilihan setelah menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi, tanpa memberikan kerangka waktu apa pun.

Baca Juga: Dikabarkan Renggang dengan Billy Syahputra, Amanda Manopo Unggah Status Tentang Pria Idamannya

"Tentara berusaha untuk bergandengan tangan dengan seluruh bangsa untuk menjaga demokrasi," kata jenderal itu dalam siaran langsung di televisi pemerintah.

Ia menambahkan bahwa pihak berwenang juga berusaha untuk melindungi rakyat dan memulihkan perdamaian di seluruh negeri.

“Tindakan kekerasan yang mempengaruhi stabilitas dan keamanan untuk membuat tuntutan tidak pantas,” ujarnya.*** (Ahmad Zaki Kusnaedi/PR Bekasi)

Editor: Linda Agnesia

Sumber: PR Bekasi

Tags

Terkini

Terpopuler