Antonio Guterres Sebut Supremasi Kulit Putih, neo-Nazi, dan Ekstremisme jadi Ancaman Nomor Satu

23 Februari 2021, 08:45 WIB
Sekjen PBB, Antonio Guterres. Guterres mengatakan bahwa gerakan supremasi kulit putih, neo-Nazi dan ekstremisme menjadi ancaman keamanan nomor satu.* /Twitter.com/@antonioguterres

PR CIREBON – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan bahwa supremasi kulit putih dan gerakan neo-Nazi menjadi ancaman transnasional.

Antonio Guterres juga menyebut bahwa gerakan supremasi kulit putih dan neo-Nazi telah mengeksploitasi pandemi virus Corona untuk meningkatkan dukungan mereka.

Berbicara di depan Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Antonio Guterres mengatakan terkait bahaya kelompok-kelompok yang didorong kebencian semakin meningkat setiap hari.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini, 23 Februari 2021: Aries, Taurus, dan Gemini Jangan Mempersulit Diri

“Supremasi kulit putih dan gerakan neo-Nazi lebih dari sekadar ancaman teror domestik. Mereka menjadi ancaman transnasional,” katanya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters.

Tanpa menyebut nama negara, Guterres menambahkan bahwa gerakan ekstremis juga mewakili ancaman keamanan internal nomor satu di beberapa negara.

Di Amerika Serikat, misalnya, ketegangan rasial membara selama empat tahun masa kepresidenan Donald Trump.

Baca Juga: BMKG: Gempa 5,8 Magnitudo Guncang Buol Sulawesi Tengah Dini Hari

Penggantinya, Joe Biden mengatakan, pengepungan Capitol AS pada 6 Januari oleh pendukung Trump dilakukan oleh preman, pemberontak, ekstremis politik, dan supremasi kulit putih.

"Terlalu sering, kelompok pembenci ini disemangati oleh orang-orang yang memiliki posisi bertanggung jawab dengan cara yang dianggap tak terbayangkan belum lama ini," kata Guterres.

“Kami membutuhkan tindakan terkoordinasi global untuk mengalahkan bahaya yang berkembang ini,” sambungnya.

Baca Juga: Kapolri Keluarkan Surat Edaran Terkait Penanganan Kasus UU ITE, Begini Poin-poinnya

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet, menuturkan akan melaporkan kepada dewan pada 18 Maret tentang rasisme sistemik terhadap orang-orang keturunan Afrika.

Penyelidikan global diluncurkan setelah George Floyd meninggal di Minneapolis Mei lalu ketika seorang polisi kulit putih berlutut di lehernya selama hampir sembilan menit.

Guterres juga menuduh pihak berwenang di beberapa negara menggunakan pandemi Covid-19 untuk mengerahkan tanggapan keamanan keras dan tindakan darurat untuk menghancurkan perbedaan pendapat.

Baca Juga: Hasil Survei LSI: Nama Prabowo Paling Unggul Jadi Calon Presiden, 70 Persen Warga Puas dengan Kinerja Jokowi

"Kadang-kadang, akses ke informasi Covid-19 yang menyelamatkan nyawa telah disembunyikan, sementara kesalahan informasi yang mematikan telah diperkuat, termasuk oleh mereka yang berkuasa," katanya.

Guterres memperingatkan tentang kekuatan platform digital dan penggunaan serta penyalahgunaan data.

“Saya mendesak semua Negara Anggota untuk menempatkan hak asasi manusia di pusat kerangka peraturan dan undang-undang tentang pengembangan dan penggunaan teknologi digital,” katanya.

Baca Juga: Amerika Catat Angka Kematian Akibat Covid-19 Tertinggi di Dunia, Lebih dari 500 Ribu Orang

“Kami membutuhkan masa depan digital yang aman, adil, dan terbuka yang tidak melanggar privasi atau martabat,” tegasnya.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler