Klaim Melawan Ekstremisme Islam, Prancis Akan Tutup 76 Masjid Diduga Radikalisasi

- 4 Desember 2020, 06:06 WIB
Potret Mendagri Prancis, Gerald Darmanin dalam menanggapi karikatur Nabi Muhammad.
Potret Mendagri Prancis, Gerald Darmanin dalam menanggapi karikatur Nabi Muhammad. /Kanal Youtube/Public Senat/
PR CIREBON - Pihak berwenang Prancis pada Kamis akan menyapu puluhan masjid dan ruang sholat yang dicurigai sebagai ajaran radikal sebagai bagian dari tindakan keras terhadap ekstremis Islam setelah serentetan serangan, kata Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin.
 
Darmanin mengatakan kepada radio RTL bahwa jika ada ruang sholat yang ditemukan mempromosikan ekstremisme, itu langsung akan ditutup.
 
Inspeksi yang akan dilakukan pada Kamis sore adalah bagian dari tanggapan terhadap dua serangan mengerikan yang sangat mengejutkan Prancis yaitu pemenggalan kepala seorang guru yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dan penikaman hingga kematian tiga orang di sebuah gereja di Nice .
 
 
Lebih lanjut, Darmanin menyebutkan sebanyak 76 masjid dari lebih dari 2.600 tempat ibadah Muslim telah ditandai sebagai kemungkinan ancaman terhadap nilai-nilai Republik Prancis dan keamanannya.
 
Dia tidak mengungkapkan tempat ibadah mana yang akan diperiksa, tetapi dalam catatan yang dia kirimkan ke kepala keamanan regional, dilihat oleh AFP, dia mencantumkan 16 alamat di wilayah Paris dan 60 lainnya di seluruh negeri.
 
"Ada di beberapa daerah terkonsentrasi tempat ibadah yang jelas anti-Republik, di mana para imam diikuti oleh badan intelijen dan di mana wacana itu bertentangan dengan nilai-nilai kita," kata Darmanin kepada radio RTL, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari France24.
 
 
Namun Damanin menambahkan bahwa fakta bahwa hanya sebagian kecil dari masjid di Prancis yang diduga menjajakan teori-teori radikal menunjukkan
 
"Kami jauh dari situasi radikalisasi yang meluas," imbuhnya
 
“Hampir semua Muslim di Prancis menghormati hukum Republik dan dirugikan oleh radikalisasi itu,” pungkasnya.
 
Penyidik ​​akan menggali pembiayaan masjid dan latar belakang para imam yang dianggap mencurigakan dan mencari bukti, antara lain, sekolah Alquran untuk anak-anak.
 
Pembunuhan gurunya, Samuel Paty, yang telah mempertunjukkan kartun-kartun Muhammad pada murid-muridnya di kelas tentang kebebasan berbicara.
 
 
Mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh Prancis, di mana hal itu dipandang sebagai serangan terhadap republik itu sendiri.
 
Setelah pembunuhannya, pihak berwenang menggerebek lusinan kelompok olahraga Islam, badan amal, dan asosiasi yang diduga mempromosikan ekstremisme.
 
Mereka juga memerintahkan penutupan sementara sebuah masjid di dekat Paris yang membagikan video pedas yang menghasut kebencian terhadap Paty.
 
Presiden Emmanuel Macron telah memperingatkan tentang meningkatnya ancaman atau separatisme Islam dan tantangannya terhadap persatuan republik Prancis yang sekuler. 
 
 
Nilai-nilai inti Prancis seperti kebebasan berkeyakinan, kesetaraan gender dan hak penistaan ​​terancam di wilayah-wilayah lokal, katanya.
 
"Menghadapi penyakit yang menggerogoti negara kami, Prancis telah bersatu dengan ketabahan, dengan tekad," tulis presiden dalam sebuah surat kepada surat kabar Financial Times pada November.
 
Tindakan keras pemerintah telah membuat beberapa Muslim merasa semakin terasing di negara mereka sendiri. 
 
Beberapa pemimpin Muslim, sementara mendukung perjuangan pemerintah melawan Islamisme, telah memperingatkannya agar secara tidak sengaja menyamakan mayoritas kepercayaan mereka dengan pemicu kebencian.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: France24


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x