PR CIREBON – Negara Guinea menyebut bahwa pihaknya tengah melacak orang-orang yang berpotensi melakukan kontak dengan pasien Ebola.
Guinea juga akan mengirimkan vaksin ke daerah yang terkena dampak sesegera mungkin menyusul setidaknya tiga kematian akibat penyakit tersebut.
Hal itu diutarakan oleh Menteri Kesehatan Guinea Remy Lamah, pada Senin, 15 Februari 2021 waktu setempat.
Lamah mengatakan, tidak seperti saat wabah Ebola pertama kali diketahui dan melanda Afrika Barat pada 2013-2016, kini Guinea memiliki kemampuan untuk menghentikan penyebaran virus.
Virus Ebola menyebabkan perdarahan hebat dan kegagalan organ serta menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh.
“Pada 2013, kami butuh waktu berbulan-bulan untuk memahami bahwa kami sedang menghadapi epidemi Ebola, sementara kali ini, dalam waktu kurang dari empat hari, kami dapat melakukan analisis dan mendapatkan hasilnya,” kata Lamah, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters.
Baca Juga: Sinopsis Sinetron Ikatan Cinta 16 Februari 2021: Bisakah Kejahatan Elsa Terbongkar?
“Tim medis kami terlatih dan berpengalaman. Kami memiliki cara untuk segera mengatasi penyakit ini,” lanjutnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa wabah di Guinea dan Kongo mewakili risiko regional.
Perwakilan WHO di Guinea, Georges Ki-Zerbo, mengatakan dia telah meminta otorisasi untuk mendapatkan dosis vaksin sebanyak mungkin.
Dia menambahkan bahwa ada beberapa kendala dalam mengirimkan vaksin ke Guinea dengan cepat, tetapi pihak berwenang sedang menangani masalah tersebut sehingga vaksin tersebut dapat tersedia minggu depan.
Organisasi internasional termasuk Komite Palang Merah Internasional, Medecins Sans Frontieres dan badan amal medis ALIMA mengatakan mereka mengirim tim tanggap cepat ke wilayah tersebut untuk membantu.
Wabah Ebola pada 2013-2016 menewaskan 11.300 orang, sebagian besar di Guinea, Sierra Leone dan Liberia.
Wabah paling mematikan kedua yang diketahui itu diumumkan tahun lalu di Republik Demokratik Kongo, tetapi juga muncul kembali bulan ini.
“Ada harapan bahwa dengan alat-alat baru dan pengalaman serta pelajaran yang didapat, vaksinasi mungkin bisa bekerja lebih baik kali ini,” kata Ki-Zerbo, menggarisbawahi perlunya melibatkan komunitas lokal dan mendengarkan mereka.
Wabah Ebola diketahui lagi setelah pemakaman seorang perawat yang dimakamkan di Guinea tenggara pada 1 Februari.
Dia diperkirakan menderita Ebola dan tujuh orang yang menghadiri pemakamannya dinyatakan positif Ebola, dengan tiga orang meninggal.
“Yang paling mengkhawatirkan kami adalah bahaya penyakit yang kami alami lima tahun lalu. Kami tidak ingin menghidupkan kembali situasi seperti itu,” tandas Remy Lamah.***