Selandia Baru jadi Negara Terbaik dalam Penanganan Covid-19, Indonesia Posisi Berapa?

29 Januari 2021, 19:41 WIB
ilustrasi bendera Selandia Baru. / Dan Whitfield/pexels.com/@dan-whitfield

PR CIREBON - Baru-baru ini, sebuah penelitian dari Lowy Institute, Sydney menilai hampir 100 negara terbaik dalam penanganan Covid-19. 

Negara Selandia Baru diklaim menjadi negara terbaik nomor satu dalam mengatasi pandemi Covid-19.

Adapun terkait teknis pengurutannya, di dasarkan kepada enam kriteria, termasuk kasus yang dikonfirmasi, kematian akibat Covid-19, dan metrik pengujian.

Baca Juga: Istiqamah dalam Bertaubat, Maka Jalan Kemuliaan akan Nampak

"Secara kolektif, indikator-indikator ini menunjukkan seberapa baik atau buruk negara-negara dalam menangani pandemi Covid-19," menurut laporan badan independen tersebut dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari France24.

Selandia Baru diketahui telah menahan penyebaran pandemi Covid-19 dengan melakukan penutupan perbatasan serta penguncian dan pengujian yang dilakukan lebih awal dan keras.

Selain Selandia Baru, sejumlah negara lain seperti Vietnam, Taiwan, Thailand, Siprus, Rwanda, Islandia, Australia, Latvia, dan Sri Lanka menjadi 10 teratas dalam penanganan pandemi.

Baca Juga: Buka Suara Soal Surat Keberatan, Eiger: Terima Kasih Telah Luangkan Waktu

Lantas pada posisi berapakah negara Indonesia dalam hal penanganan pandemi Covid-19?

Berdasarkan data yang dihimpun dari laman Lowy Institute, Indonesia menempati posisi ke-85 dari 98 negara di dunia terkait penanganan pandemi Covid-19, yang kemudian diikuti oleh India, Republik Dominika, Guatemala, Chili, dan Ukrainan.

Sebagaimana diketahui, kasus  terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia telah mencapai lebih dari satu juta kasus, dan membuat Indonesia menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di ASEAN.

Baca Juga: Buronan Korupsi Kantor Pajak Ditangkap di Tenda Pengungsian Gempa Mamuju, DPO 9 Tahun

Sementara itu, 5 negara terbawah yang dapat diartikan sebagai negara terburuk dalam penanganan Covid-19 adalah Amerika Serikat, Iran, Kolombia, Meksiko, dan kemudian Brasil yang menempati posisi terakhir.

Sebagai informasi, Brasil telah mencatat lebih dari 218.000 kematian akibat virus Corona - jumlah korban kedua setelah Amerika Serikat.

Selama sebagian besar tahun 2020, dua negara terpadat di Amerika telah dipimpin oleh para pemimpin nasionalis yang secara aktif meremehkan ancaman Covid-19, seperti mengolok-olok penggunaan masker, menentang penguncian dan tertular virus itu sendiri.

Baca Juga: Perkuat Program Bangga Kencana BKKBN 2021, Presiden Jokowi Buka Rakornas Kemitraan

Adapun Inggris, dengan jumlah kematian tertinggi di Eropa, berada di urutan ke-66.

Italia, yang berhasil melewati lonjakan Covid-19 pertama di Eropa, berada di urutan ke-59. Jerman berada di peringkat ke-55. Belgia berada di urutan ke-72, diikuti oleh Prancis di urutan ke-73 dan Spanyol di urutan ke-78.

Secara total, 98 negara itu dievaluasi dalam 36 minggu setelah kasus Covid-19 keseratus yang dikonfirmasi, menggunakan data yang tersedia hingga 9 Januari 2021.

Baca Juga: Informasi Hoaks Soal Vaksin Covid-19 Semakin Marak, Kominfo Sebut Ada Beragam Motif Dibaliknya

Rata-rata empat belas hari dari angka harian baru dihitung untuk kasus yang dikonfirmasi, kasus yang dikonfirmasi per juta orang, kematian yang dikonfirmasi, kematian yang dikonfirmasi per juta orang, kasus yang dikonfirmasi sebagai proporsi tes, dan tes per seribu orang, kata Lowy Institute.

Sementara itu, Tiongkok, yang merupakan tempat kasus pertama Covid-19 tidak dimasukkan dalam peringkat.

Hal itu dikarenakan kurangnya data pengujian yang tersedia secara umum yang digambarkan oleh lembaga think tank itu.

Baca Juga: Surat Keberatan Eiger Viral di Media Sosial, Deddy Corbuizer: Butuh Klarifikasi?

Beijing secara agresif mencoba mengelola persepsi publik tentang penanganan penyakitnya ketika mencoba menunjukkan sistem otoriternya lebih disukai daripada demokrasi, banyak di antaranya telah tersendat parah dalam krisis.

"Tingkat perkembangan ekonomi atau perbedaan dalam sistem politik antar negara memiliki dampak yang lebih kecil pada hasil daripada yang sering diasumsikan atau dipublikasikan," kata lembaga itu dalam analisisnya.

Tidak ada pemenang yang jelas dalam hal sistem politik mana yang paling baik menangani pandemi, katanya.

Baca Juga: Anak Presiden Jokowoi, Kaesang Pangarep Ikut Komentari Surat Keberatan Eiger: Gini Amat ya

"Beberapa negara telah menangani pandemi lebih baik daripada yang lain - tetapi sebagian besar negara kalah bersaing hanya dengan tingkat kinerja yang kurang baik," kata laporan itu.

Negara-negara kecil, dengan populasi kurang dari 10 juta orang, ternyata memiliki beberapa keuntungan.

"Secara umum, negara-negara dengan populasi yang lebih kecil, masyarakat yang kompak, dan lembaga yang mampu memiliki keunggulan komparatif dalam menghadapi krisis global seperti pandemi," kata laporan itu.

Baca Juga: AS Laporkan Kasus Pertama Varian Virus Corona asal Afrika Selatan yang Diduga Lebih Menular

Secara keseluruhan, kasus Covid-19 sekarang telah mencapai 100 juta di seluruh dunia dan sekitar 2,2 juta orang telah meninggal karena virus sejak wabah menyebar pada Desember 2019.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: France24 Covid Performance Index

Tags

Terkini

Terpopuler