Mengerikan Penelitian Terbaru, Covid-19 Tidak Bisa Hilang karena Gejala Bisa Sasar Otak dan Jantung

- 7 November 2020, 18:30 WIB
ILUSTRASI virus corona di Amerika Serikat (AS).*
ILUSTRASI virus corona di Amerika Serikat (AS).* /pexels
PR CIREBON - Sejumlah Dokter di Israel mendiskusikan gejala jangka panjang dari virus corona. Hal ini mulai diteliti lantaran sejumlah pasien Covid-19 yang sudah dinyatakan negatif beberapa hari kemudian balik lagi dengan gejala yang lebih parah.
 
Hal itu terjadi pada seorang pasien Covid-19 berusia 65 tahun yang dirawat di Sheba Medical Center dinyatakan negatif virus 10 hari kemudian dan pulang lalu kembali bekerja.
 
Namun dua minggu kemudian, dia kembali ke rumah sakit dengan demam dan sesak napas. Hasil tes mengungkapkan radang jantung yang parah.  Saat ini, dia berada di unit perawatan intensif.
 
 
Selain itu, seorang wanita muda yang tertular virus dan pulih di rumah.  Beberapa minggu kemudian, dia membuat janji di unit pasca-virus Corona Hadassah dengan keluhan "kabut otak".
 
"Dia harus berpikir tentang bagaimana menyiapkan secangkir teh," kata Dr. Fares Darawshy, seorang spesialis pernapasan dan penyakit dalam di Hadassah-University Medical Center, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Jerussalem Post pada Jumat, 6 November 2020.
 
Ini hanyalah dua dari beberapa cerita yang dibagikan dokter Israel tentang apa yang mulai dikenal sebagai "Covid jangka panjang" atau "Covid kronis".
 
 
Pasien yang pulih dari virus ternyata tidak benar-benar pulih, tetapi menderita gejala yang sedang berlangsung dan tidak biasa, beberapa di antaranya dapat  mengirim mereka kembali ke ruang gawat darurat atau bahkan menyebabkan kematian.
 
Galia Rahav, kepala Unit Penyakit Menular dan Laboratorium di Sheba, mengatakan bahwa gejala tersebut dapat berkembang dalam waktu satu bulan setelah pemulihan atau bahkan tiga atau enam bulan kemudian dan dapat berlangsung selama itu.
 
Individu yang menderita gejala pasca virus ini beragam. Beberapa pernah dirawat di rumah sakit karena kasus yang parah. Di sisi lain, beberapa bahkan tidak tahu bahwa mereka mengidap virus corona, hanya untuk didiagnosis melalui tes serologis (antibodi) ketika mereka dirawat karena tantangan medis baru.
 
 
Efek sampingnya dari pasca virus ini berkisar anatara lain sesak napas, kelelahan, ketidakmampuan untuk melakukan apa pun yang membutuhkan usaha, kesulitan berkonsentrasi, kehilangan ingatan, nyeri sendi dan otot, nyeri, atau kelemahan dan gangguan tidur, hingga pembekuan darah, stroke, dan bahkan peradangan atau kegagalan multisistem. 
 
Beberapa mengeluhkan perubahan indra penciuman, rasa, penglihatan, pendengaran dan suara, dan tekanan di telinga.
 
Rahav mengatakan hingga saat ini masih belum ada indikasi berapa dari jutaan pasien yang terjangkit virus corona yang mengalami Covid kronis karena fenomena tersebut terlalu baru.
 
"Saya sekarang merawat pasien yang terkena virus corona sebulan lalu. Dia datang setelah mengalami stroke tanpa faktor risiko apapun untuk stroke. Kami melakukan tes serologis dan menemukan dia mengidap virus corona," kata Rahav. 
 
 
Para ilmuwan mulai menyadari fenomena tersebut pada bulan Mei, yang membuat Hadassah dan beberapa rumah sakit Israel lainnya membuka unit untuk memantau pasien yang pulih.
 
Ilmuwan dan dokter mengatakan masih belum jelas apa yang menyebabkan kabut otak ini, tetapi dokter sedang menyelidiki apakah kabut itu muncul ketika respons kekebalan tubuh terhadap virus tidak dimatikan atau mungkin dari peradangan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.
 
 Darawshy menghimbau kepada masyarakat agar menaati protokol kesehatan. Dan untuk pasien Covid-19 yang sudah sembuh harus menjalani setidaknya satu pemeriksaan lanjutan.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Jerussalem Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x