Ada rasa bahagia yang menjalar ke seluruh tubuh yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Inilah gambaran kondisi seorang mukmin ketika mendengar nama Allah yang agung nan mulia.
Kedua, bertambah imannya ketika dibacakan ayat-ayat Allah. Seorang mukmin sejati adalah mereka yang ketika mendengar ayat-ayat Allah dilantunkan, iman di dalam hatinya semakin meningkat, keyakinannya semakin mantap, serta pendiriannya semakin kuat.
Baca Juga: Cita-cita Makan di Pinggir Jalan, Nagita Slavina Langsung Borong Satu Tenda Seafood Ke Andara!
Maksud ayat ini, sebagaimana dijelaskan oleh Abdurrahman As-Sa’di dalam kitab tafsirnya, Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan adalah bahwa seorang mukmin, ketika dibacakan ayat-ayat al-Qur’an akan memperhatikan dengan seksama.
Menghadirkan hatinya untuk mentadaburi maknanya, mengingat kealpaannya dan berjanji dalam dirinya untuk selalu berbuat baik (amal shalih), maka pada saat itulah ia bertambah imannya. Inilah hakekat dari bertambahnya keimanan karena ayat-ayat Allah.
Ketiga, berserah diri (tawakkal) hanya kepada Allah. Kita semua sadar bahwa kita memiliki keterbatasan, kekurangan dan kelemahan.
Betapa pun matangnya rencana yang telah kita susun, betapa pun hebatnya cita-cita yang telah kita tanamkan ke dalam sanubari kita yang paling dalam, semua itu tidak akan berarti apa-apa tanpa izin Allah.
Rencana yang matang, cita-cita yang hebat, tanpa disertai dengan kepasarahan diri kepada Allah hanya akan berakhir dengan kekecewaan.
Tugas kita adalah, setelah merencanakan sesuatu dengan matang, dimantapkan dengan ikhtiar yang maksimal deisertai doa yang tak kenal lelah, dan diakhiri dengan tawakkal, menyerahkan sepenuhnya hasil usaha kita hanya kepada Allah.