Satu dari Empat Orang di Dunia Akan Alami Gangguan Pendengaran hingga Tahun 2050, Begini Cara Mencegahnya

- 3 Maret 2021, 16:25 WIB
ILUSTRASI Telinga. WHO mengatakan bahwa satu dari empat orang di seluruh dunia alami gangguan telinga hingga 2050.*
ILUSTRASI Telinga. WHO mengatakan bahwa satu dari empat orang di seluruh dunia alami gangguan telinga hingga 2050.* /unsplash.com/jessica flavia

PR CIREBON – Satu dari empat orang di dunia mengalami gangguan pendengaran hingga tahun 2050.

Gangguan pendengaran itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah laporan.

Laporan WHO soal gangguan pendengan tersebut dirilis di Jenewa pada Selasa, 2 Maret 2021 kemarin.

Baca Juga: Dituduh Lakukan Sterilisasi pada Wanita Muslim Uighur, Tiongkok: Wanita Uighur Pezina dan Pembohong

Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan, kehilangan pendengaran yang tidak dirawat akan berdampak buruk pada kemampuan berkomunikasi, belajar, dan mencari nafkah.

Selain itu, kehilangan pendengaran juga akan memengaruhi kesehatan mental dan kemampuan manusia dalam mempertahankan hubungan.

Sebagaimana diberitakan di Kabar Besuki dalam artikel "Gawat! WHO Prediksikan Setidaknya 2.5 Miliar Penduduk Dunia Akan Mengalami Gangguan Pendengaran di Tahun 2050" seperti dilansir dari situs WHO, laporan tersebut menggarisbawahi kebutuhan untuk mencegah dan mendeteksi dini gejala kehilangan pendengaran.

Baca Juga: Miliarder Jepang Cari Teman untuk Menemaninya dalam Perjalanan Mengelilingi Bulan, Mau?

Laporan tersebut juga menyatakan, semakin tinggi kasus kehilangan pendengaran di masa depan akan terjadi karena sebagian masyarakat menganggap sepele gejalanya.

Sebagian besar negara di dunia juga tidak memiliki sistem kesehatan pendengaran yang baik.

Akibatnya, masyarakat yang memiliki gejala kehilangan pendengaran akan sulit untuk menerima pertolongan.

Baca Juga: Bantah Dibayar untuk Menakut-nakuti Masyarakat dengan Covid-19, Uya Kuya: Duit Gue Udah Banyak Bro

Namun, yang paling memprihatinkan adalah rendahnya angka SDM yang bisa menangani kehilangan pendengaran.

Menurut data yang dirilis WHO, beberapa negara berpenghasilan rendah memiliki kurang dari 78 persen spesialis THT per satu juta penduduknya.

Lalu, kurang dari 93 persen audiolog; kurang dari 17 persen ahli terapi wicara, dan kurang dari 50 persen guru untuk tuna rungu.

Baca Juga: Ingin Buktikan Ilmu Tenaga Dalam, Deddy Corbuzier Akan Beri Rp30 Juta Bagi yang Bisa Membuktikannya

Bahkan di negara yang berpenghasilan tinggi pun terjadi distribusi ahli pendengaran yang tidak merata.

Hal ini membuat masyarakat yang berada di daerah berpenduduk sedikit akan sulit memperoleh perawatan pendengaran.

Dalam laporan juga disebutkan mengenai cara mencegah gangguan pendengaran sejak dini.

Baca Juga: Terawang Arya Saloka, Mbak You Peringatkan Agar Jaga Kesehatan: Bila Tidak, akan Terjadi Ancaman

Untuk anak-anak, sekitar 60 persen kehilangan pendengaran masih bisa dicegah dengan beberapa cara seperti imunisasi untuk mencegah rubella dan meningitis.

Selain itu, melakukan screening untuk mendeteksi penyakit radang telinga tengah juga bisa dilakukan untuk mencegah anak kehilangan pendengaran.

Sedangkan untuk orang dewasa mengendalikan kebisingan, menjaga volume suara yang didengarkan, dan menjaga kebersihan telinga, akan mengurangi potensi gangguan pendengaran.

Baca Juga: Peduli Isu Iklim Global, Paus Fransiskus Ingatkan Soal Kejadian Banjir Bandang Nabi Nuh

Kunci pencegahannya adalah diagnosa awal. Jika gejala gangguan pendengaran dapat dideteksi dini maka penangannya akan lebih mudah.

Teknologi pendengaran, seperti alat bantu dengar dan implan koklea, jika disertai dengan layanan dukungan yang tepat dan terapi rehabilitasi maka akan efektif akan menbantu pendengaran anak-anak dan orang dewasa.

Dr Bente Mikkelsen, Direktur Departemen Penyakit Non-Menular WHO menjelaskan pentingnya setiap negara melakukan pendekatan ke masyarakat secara terpusat.

Baca Juga: Siap-siap! WhatsApp akan Keluarkan Aturan Baru, Jika Tidak Setuju Akun Dibekukan

Karena teknologi canggih dan solusi yang ditawarkan tak akan berguna jika tidak ada alur informasi yang tepat.*** (Rianti Setyarini/Kabar Besuki)

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Kabar Besuki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x