Jadi Makanan Khas Idul Fitri di Indonesia, Berikut Sejarah dan Filosofi Ketupat

- 13 Mei 2021, 09:00 WIB
Sebagai makanan khas Idul Fitri di Indonesia, ketupat memiliki sejarah dan filosofi tertentu.*
Sebagai makanan khas Idul Fitri di Indonesia, ketupat memiliki sejarah dan filosofi tertentu.* /Instagram @ketupatdaunkelapa

Akan tetapi, jauh sebelum kedatangan Islam di Nusantara, makanan yang kini disebut ketupat itu sudah dikenal oleh masyarakat, bahkan sebelum asimilasi agama Hindu.

Sementara itu, ketupat menjadi simbol makanan utama dalam merayakan hari besar agama Islam, terutama Idul Fitri, baru terjadi pada masa Kerajaan Demak, di bawah pemerintahan Raden Patah, pada awal abad ke-15.

Baca Juga: Salat Idul Fitri di Kota Bandung Diperbolehkan, Pemkot Bentuk Satgas dan Simulasi

Selain karena pendekatan budaya, ketupat sebagai makanan utama dalam perayaan Idul Fitri juga memiliki arti dan filosofi yang dalam.

Penggunaan daun kelapa muda pada ketupat bukanlah sembarangan. Daun tersebut, yang juga disebut sebagai janur, disebut merupakan akronim dari ‘Jatining Nur’, yang dalam bahasa Jawa berarti hari nurani.

Sehingga, daun kelapa muda memiliki filosofi bahwa manusia harus membersihkan hati nurani dan kembali suci dengan saling memaafkan.

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Dana Rp500 Miliar untuk Subsidi Ongkir Jelang Idul Fitri, Berikut Tanggapan DPR

Tentunya, untuk membuat ketupat, daun tersebut perlu dianyam. Anyaman janur yang sulit pada ketupat itu bermakna kerumitan dan keberagaman masyarakat Jawa yang harus dipererat dengan tali silaturahmi.

Beras sebagai makanan pokok orang Indonesia melambangkan nafsu duniawi. Semua bahan-bahan yang ada dalam ketupat tersebut kemudian disatukan dalam bentuk ketupat yang segi empat. Bentuk itu melambangkan ‘empat arah, satu pusat’, yang berarti kemana pun manusia akan melangkah, akhirnya akan kembali pada Allah.

Selain itu, segi empat tersebut juga melambangkan empat nafsu dasar manusia. Empat nafsu dasar itu termasuk amarah, lawamah (lapar dan haus), sufiah (nafsu untuk mempunyai sesuatu yang bagus atau indah), dan muthmainah yang berarti nafsu untuk memaksakan diri.

Halaman:

Editor: Linda Agnesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah