Tiga bulan yang lalu Nikel sempat menyentuh USD 45.000-USD 48.000.
Harga minyak international juga turun.
Gambaran ini tentu berbeda dengan periode sebelumnya, dimana dalam 24 bulan terakhir ekspor mengalami surplus. Dan berulang kali nilainya mencapai angka tertinggi.
Ini karena adanya lonjakan harga batubara, minyak kelapa sawit, nikel, tembaga dan bauksit serta timah.
Baca Juga: Ketum PDIP Megawati Mengaku pada Awalnya Kaget Terima Berbagai Gelar Akademik Honoris Causa
Pendorong
Kenaikan harga komoditas tentu memberikan banyak mamfaat.
Ekspor dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, ketika Pandemi Covid 19 menimbulkan masalah dalam sistem perekonomian.
Seperti diketahui, Pandemi Covid 19 telah menimbulkan problem dalam belanja masyarakat terhadap keperluan konsumsi dan investasi.
Baca Juga: Mampu Tahan Imbang Indonesia 0-0, Ini Kata Pelatih Bangladesh Javier Cabrera
Investasi pemerintah pun hanya maksimal di belanja pegawai. Makanya, kita mati-mati an mendorong partisipasi swasta.
Penurunan harga komoditas, kata Sri Mulyani dipengaruhi oleh pelemahan ekonomi dunia dan stagflasi. Beberapa negara bahkan diramal jatuh ke jurang resesi. Sehingga permintaan terhadap komoditas juga ikut turun.