Indonesia Harus Mewaspadai Pertumbuhan Ekonomi yang Bakal Melambat

25 Mei 2022, 10:00 WIB
Menkeu Sri Indrawati Mulyani mengingatkan tentang 3 masalah yang akan dihadapi, yakni inflasi tinggi, suku bunga tinggi dan pertumbuhan yang bakal melambat./pikiran-rakyat.com /

SABACIREBON-Menteri Keuangan Sri Indrawati Mulyani mengingatkan akan problem yang dihadapi.

Problem ini dianggap Menteri sebagai triplle challance atau 3 tantangan utama yang akan dihadapi bangsa.

Suka tidak suka, dampaknya pasti melanda semua negara.

Baca Juga: KSAD Dudung Bangun Masjid di Gunung Jati

Negara paling maju pun, seperti AS, Inggris, Jerman dan Jepang juga akan terdampak. Cina dan India juga akan mengalami hal yang sama.

Cina dan India adalah negara-negara yang pertumbuhannya paling tinggi. Dua negara ini, ikut terdampak.

Negara-negara di Amerika latin, seperti Argentina dan Brazil menghadapi situasi yang lebih parah. Dari kawasan Asia Eropa,  Turki akan menghadapi persoalan yang sama.

Baca Juga: Prakiran Cuaca Jawa Barat Hari Ini Kamis, 26 Mei 2022: Waspadai Hujan Lebat Disertai Petir

Menteri Keuangan dalam konferensi Pers bulanan (Mei 2022) menyebut, hantu besar adalah inflasi tinggi, suku bunga tinggi dan pertumbuhan yang melambat.

Tiga persoalan itu membuat beberapa negara ekonomi jumbo melakukan berbagai upaya memecahkan persoalan yang dihadapi.

Negara-negara itu mulai dijepit hantu inflasi sebagai akibat kebijakan moneter uang murah yang akhirnya mampu menggerakkan roda ekonomi dalam waktu relatif singkat. Ekonomi yang bergerak meningkatkan permintaan akan barang dan jasa sehingga harga-harga melambung. Rupanya permintaan itu tumbuh dalam waktu relatif singkat yang ujungnya menaikkan angka inflasi.

Baca Juga: Singapura Secara Tegas Beberkan Lagi Alasan Penolakan Kedatangan UAS

Meski negara maju seperti AS, Jerman dan Inggris saat ini tingkat inflasinya telah berada di kisaran 7% hingga 9%, angka tersebut masih relatif lebih rendah dari beberapa negara pasar berkembang yang mana Argentina dan Turki masing-masing mencatat tingkat inflasi lebih dari 50% bulan lalu. Adapun Rusia dan Brazil meski tingkat inflasinya tidak setinggi itu, keduanya masih berada di atas 12%.

Belum pulih sepenuhnya

Inflasi tinggi pasca pandemi semakin diperparah oleh konflik di Eropa Timur, yang mana invasi Rusia ke Ukraina bertanggung jawab atas semakin meroketnya harga minyak dan gas dunia. Kedua komoditas bahan bakar tersebut ikut mengangkat harga komoditas lainnya, termasuk batu bara. Selain itu penguncian wilayah di China juga memperparah kondisi rantai pasok yang belum pulih sepenuhnya pasca pandemi.

Baca Juga: Persib Bandung Masih Mencari Pemain Asia, Ini Kriterianya

Indonesia sendiri bulan lalu mencatatkan inflasi 3,47%, salah satunya didorong oleh peningkatan permintaan selama puasa dan jelang lebaran. Meski sudah membuat investor cemas, angka tersebut masih relatif rendah jika dibandingkan dengan negara G-20.

Dalam kelompok ekonomi besar utama dunia tersebut, hanya ada empat negara saja yang bulan lalu tingkat inflasinya lebih rendah dari Indonesia.

Demi menjinakkan Inflasi, beberapa bank sentral di negara yang dihantui inflasi tinggi dengan cepat mengambil langkah pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuannya.

Baca Juga: Tidak Dipakai di Manchester City, Raheem Sterling Dikabarkan Pindah ke Real Madrid

Dengan menaikkan suku bunga, bank sentral secara tidak langsung membuat uang menjadi 'mahal' sehingga peredarannya semakin terbatas dan pada akhirnya dapat menurun permintaan sehingga harga barang-barang tidak lagi naik signifikan.***

Editor: Aria Zetra

Sumber: konfrensi pers

Tags

Terkini

Terpopuler