Setahun Pandemi hingga Terancam Depresi Ekonomi, Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya? Ini Prediksi Pakar

2 Maret 2021, 21:15 WIB
ILUSTRASI - Pakar menyebut usai terjadi resesi ekonomi pasca satu tahun pandemi Covid-19 ada di Indonesia. Kemiskinan diprediksi meningkat.* /Pixabay/Lorenzo Cafaro/

PR CIREBON – Sudah setahun pandemi berlalu dari sejak penetapan korban pertama Covid-19 yang diumumkan Presiden Jokowi pada Maret 2020 lalu.

Keadaan pandemi Covid-19 yang sudah berjalan setahun ini telah memberikan dampak yang sangat besar terutama dibidang ekonomi.

Pandemi Covid-19 yang berkelanjutan dan belum tertangani dengan baik membuat Indonesia terancam memasuki yang namanya depresi ekonomi, atau kemunduran ekonomi (resesi) yang terjadi selama satu tahun atau lebih.

Baca Juga: Kebijakan Santunan Korban Covid-19 Dihapus, dr. Tirta: Semoga Bu Risma Memikirkan Solusi

Negara dengan penduduk terbesar ke-empat di dunia dengan 273,9 juta orang telah jatuh ke jurang resesi pada dua triwulan sebelumnya secara berturut-turut yaitu -5,32 persen dan -3,49 persen, pada triwulan ke-dua dan ke-tiga.

Pada triwulan ke-empat pun masih terkontraksi -2,19 persen.

Jika pada triwulan pertama tahun ini pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi, maka Indonesia akan semakin dekat dengan era depresi ekonomi karena artinya sudah setahun terjebak di resesi.

Baca Juga: Kasus Perselingkuhan Nissa Sabyan dan Ayus Masih Hangat, Habib Abdul Hakim Jelaskan Hukum Zinah dan Selingkuh

Lantas apa yang akan terjadi selanjutnya jika Indonesia benar-benar mengalami depresi ekonomi?

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari The Conversation, berikut prediksi pakar ekonomi.

Pemulihan ekonomi yang lebih lama.

Menurut Bhima Yudhistira Adhinegara, peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dampak yang terjadi jika depresi benar-benar terjadi dan berlangsung lama akan cukup menakutkan.

Baca Juga: Rose BLACKPINK Rilis Album Solo, Disambut Antusias Kpopers Indonesia hingga Trending di Twitter

“Kalau depresi terjadi dampaknya bisa mengulang seperti tahun 1930, terjadi kelaparan massal karena daya beli anjlok, pengangguran naik signifikan dan runtuhnya berbagai sektor khususnya yang padat karya,” ujar Bhima.

Dengan kondisi saat ini, Indonesia juga bisa mengalami pemulihan ekonomi yang lebih lama dengan kurva berbentuk huruf K atau K shaped recovery.

Ini terjadi karena sektor usaha yang pulih tidak merata. Ada yang bisa pulih dengan cepat karena usahanya bisa memanfaatkan situasi pandemi dan ada yang terpuruk dan belum bisa bangkit.

Baca Juga: Soal Investasi Miras, Ferdinand Hutahaean Bandingkan dengan Rusia: Negaranya Maju dan Kaya

Menurut Bhima, Indonesia masih bisa selamat dari jatuh ke lubang depresi jika fokus penanganan krisis kesehatan bisa berjalan dengan optimal dan wabah COVID-19 bisa terkendali lebih cepat.

“Masalah utama ekonomi Indonesia saat ini adalah rendahnya konsumsi masyarakat di dalam negeri karena ketidakpercayaan akan penanganan pandemi oleh pemerintah,” ungkap Bhima.

Risiko meningkatnya angka kemiskinan

Baca Juga: Deddy Corbuzier Sebut Lebih Pilih Aldi Taher dibanding Vicky Prasetyo, Begini Alasannya

Ridho Al Izzati, peneliti dari SMERU Research Institute, menjelaskan dampak depresi pada kenaikan angka kemiskinan karena tingkat kemiskinan tergantung dari pertumbuhan ekonomi secara total.

“Jika terjadi kontraksi maka akan berdampak terhadap peningkatan tingkat atau jumlah orang miskin, terlepas dari sebagian sektor mampu pulih dengan baik dan yang lain tidak,” kata Ridho.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kemiskinan September 2020 itu mencapai 10,19 persen naik dari kondisi di awal pandemi yaitu 9,78 persen di Maret 2020.

Baca Juga: Jalani Ritual Pengusiran Setan, Gadis 9 Tahun Dipukul hingga Tewas

“Angka ini lebih rendah dari yang kami estimasi yakni 12,4 persen jika pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi -2 persen,” ungkap Ridho.

Ini kemungkinannya adalah salah satu indikasi jika usaha pemerintah dalam meredam peningkatan tingkat kemiskinan (atau jumlah orang miskin) melalui program pemulihan ekonomi seperti bantuan sosial, berhasil memberikan pengaruh ke masyarakat, terutama kepada masyarakat miskin.

Kondisi kemiskinan tahun 2021 tergantung kepada pemulihan ekonomi secara keseluruhan (baik sektor utama seperti kesehatan, maupun sektor penting yang lain).

Baca Juga: Kerusuhan Menentang Kudeta Militer di Myanmar Semakin Mematikan, Para Menlu ASEAN akan Gelar Pertemuan

Data kemiskinan terbaru akan tercermin pada data bulan Maret 2021 dan itu tergantung kepada pertumbuhan ekonomi di triwulan pertama 2021 dan respons pemerintah dalam menyasar penduduk rentan melalui bantuan sosial (bansos).

“Jika ekonomi masih terkontraksi (minus atau nol persen), kemungkinan tingkat kemiskinan tidak akan berubah atau malah mungkin mengalami kenaikan,” ujar Ridho.

Jika ekonomi lebih lama pulih (atau pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari kondisi sebelum pandemi), maka akan memperparah kemiskinan atau setidaknya mengalami stagnasi. Hal ini membuat usaha penurunan tingkat kemiskinan di masa depan menjadi lebih sulit. ***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: The Conversation

Tags

Terkini

Terpopuler