PIKIRAN RAKYAT - Seorang pengguna Facebook bernama Agung Ananda Saputra mengunggah foto yang mencantumkan klaim narasi bahwa dalam sehari terjadi tujuh orang yang tewas di RSUD Moewardi Solo.
Dijelaskan dalam unggahan itu, sebuah foto menampakkan beberapa orang ber-APD lengkap tergeletak bersebelahan mobil ambulans milik RSUD Moewardi, Solo. Bahkan, pengunggah menyebut tergeletaknya beberapa orang itu karena seleksi alam atau Herd Immunity yang konon akan digaungkan pemerintah pusat
Namun begitu, narasi itu memang tidak menjelaskan secara pasti pasien apa yang dimaksud.
Narasi lengkap dapat terlihat sebagai berikut:
Baca Juga: Nazar Terwujud, Warga Cirebon Gratiskan Dua Angkotnya Tiap Jumat
"seleksi alam dimulai !! 7 Nyawa Dalam 24 Jam," demikian bunyi narasi yang disebarkan dalam media sosial itu.
Berdasarkan penelusuran PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs Turn Back Hoax, terdapat pernyataan bantahan dari Kepala Sub Bagian Hukum dan Humas RSUD Dr Moewardi, Eko Haryati
Secara pasti, Eko menegaskan narasi yang menyertai unggahan foto itu tidak benar alias hoaks. Dalam arti lain, tidak ada tujuh pasien atau pasien corona yang meninggal dalam 24 jam di RSUD Dr Moewardi.
Baca Juga: Sidang Isbat Penetapan 1 Syawal 1441 H, Hari Raya Idulfitri Jatuh pada Minggu, 24 Mei 2020
Bahkan, pihaknya meminta pelaku yang tidak bertanggung jawab atas kabar tersebut tidak membuat resah. Namun, Eko mengakui lokasi itu ada di rumah sakit, hanya berbeda kejadiannya.
Fakta yang sebenarnya menunjukkan, para petugas yang mengenakan APD dalam foto tersebut merupakan para relawan yang sedang menunggu jenazah yang mau dimakamkan.
Sehingga, foto itu bukan dikeluarkan resmi dari RSUD Dr Moewardi. Melainkan hanya unggahan dari orang yang memakai sembarang foto dengan disertai narasi menyimpang.
Baca Juga: Lakukan Tracing dalam Hitungan Menit, Sistem Perencanaan Korsel Bisa untuk Menekan Sebaran Covid-19
Dengan demikian, klaim narasi yang disebutkan terkait adanya tujuh orang tewas dalam sehari di RSUD Moewardi Solo, terbukti salah. Untuk itu, konten yang beredar dalam media sosial itu termasuk dalam kategori Konten yang Menyesatkan atau Misleading Content.***