Para peneliti menggunakan data dari Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy (SOFIA), pesawat Boeing 747SP yang dimodifikasi untuk membawa teleskop dan berfungsi sebagai observatorium udara.
Studi kedua, yang juga diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy, berfokus pada apa yang disebut jebakan dingin di bulan, wilayah permukaannya yang berada dalam kondisi kegelapan abadi dengan suhu di bawah -163C (-260F). Itu cukup dingin sehingga air beku bisa tetap stabil selama milyaran tahun.
Baca Juga: Grup K-pop BTS, EXO dan NCT 127 Masuk Nominasi American Music Awards 2020
Menggunakan data dari pesawat luar angkasa Lunar Reconnaissance Orbiter NASA, para peneliti yang dipimpin oleh ilmuwan planet Paul Hayne dari Universitas Colorado, Boulder, mendeteksi apa yang mungkin merupakan puluhan miliar bayangan kecil, banyak yang tidak lebih besar dari koin kecil. Sebagian besar berada di daerah kutub.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa banyak daerah di bulan yang sebelumnya tidak diketahui bisa menampung es air,” kata Hayne.
Hasil yang diperolehnya menunjukkan bahwa air bisa jauh lebih tersebar di daerah kutub bulan daripada yang diperkirakan sebelumnya, membuatnya lebih mudah untuk diakses, diekstrak, dan dianalisis, katanya.
Baca Juga: Guna Mempercepat Pembangunan Geopark, Balai Taman Nasioal Komodo Tutup Sementara Hingga Tahun Depan
NASA merencanakan kembalinya astronot ke bulan, misi yang diharapkan membuka jalan untuk perjalanan selanjutnya membawa awak ke Mars. Sumber-sumber yang dapat diakses di mana air dapat dipanen di bulan akan bermanfaat bagi upaya-upaya tersebut.
“Air tidak hanya terkendala di wilayah kutub. Ini lebih menyebar dari yang kami kira, "kata Honniball.
Misteri lain yang masih belum terpecahkan adalah sumber air bulan. Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.