Fitur baru ini akan mulai tersedia pada sebagian besar pengguna di AS, Australia, dan Korea Selatan.
Twitter berharap bisa menjalankan eksperimen ini selama beberapa bulan sebelum akhirnya memutuskan untuk meluncurkannya ke pasar global.
Baca Juga: Bicara soal Film, Jefri Nichol: Semoga Generasi Muda Bisa Ciptakan Inovasi Baru
Twitter juga mengatakan bahwa tidak setiap laporan akan ditinjau karena platform terus menguji fitur tersebut.
Tetapi, data yang diperoleh melalui pengujian akan membantu perusahaan menentukan bagaimana mereka dapat memperluas fitur selama beberapa minggu ke depan.
Tes tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi tweet yang berisi informasi salah yang berpotensi menjadi viral di dunia maya.
Baca Juga: Rayakan HUT RI, Zaskia Adya Mecca Kenalkan Ragam Budaya Indonesia ke Anak-anak: Abis Kapan Lagi?
Bulan lalu, pemerintahan Joe Biden mengambil sikap yang lebih kuat terhadap informasi yang salah mengenai Covid-19.
Joe Biden bahkan mengatakan kepada wartawan pada bulan Juli bahwa platform media sosial seperti Facebook "membunuh orang" dengan informasi yang salah tentang vaksin.***