Komitmen Terhadap Sejarah Dipertanyakan, Nadiem Makarim Buka Suara Soal Penghapusan Mapel Sejarah

- 20 September 2020, 17:09 WIB
Mendikbud, Nadiem Makarim
Mendikbud, Nadiem Makarim /pikiran-rakyat

PR CIREBON - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali menuai kontroversi terkait wacana penghapusan mata pelajaran sejarah dari kurikulum pendidikan di Indonesia.

Menanggapi hal ini, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud, Totok Suprayitno membantah membantah hal tersebut. Ia memastikan pelajaran sejarah tetap diajarkan dan diterapkan seperti seharusnya.

“Kemendikbud mengutamakan sejarah sebagai bagian penting dari keragaman dan kemajemukan serta perjalanan hidup bangsa Indonesia, pada saat ini dan yang akan datang,” ungkap Totok dalam keterangannya, Minggu, 20 September 2020, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari PMJ News.

Baca Juga: Tersingkir dari Gerindra, Poyuono Pernah Sebut PKI Dimainkan Kadrun hingga Senggol Isu HAM Prabowo

Menurut Totok, sejarah merupakan komponen penting bagi Indonesia sebagai bangsa yang besar sehingga menjadi bagian kurikulum pendidikan. Nilai-nilai yang dipelajari dalam sejarah, merupakan kunci pengembangan karakter bangsa.

Totok menjelaskan, Kemendikbud memang sedang mengkaji rencana penyederhanaan kurikulum pendidikan guna meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Kajian itu, memperhatikan berbagai hasil evaluasi implementasi kurikulum, baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat serta perubahan paradigma keragaman, bukan keseragaman dalam implementasi kurikulum.

Baca Juga: Gerindra Umumkan Kepengurusan Baru, Rachmawati Soekarnoputri jadi Wakil Ketua Dewan Pembina Partai

Senada dengan Totok, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim pun membantah soal isu penghapusan mapel yang santer beredar di masyarakat.

"Tidak ada sama sekali kebijakan regulasi atau perencanaan pengaturan penghapusan mata pelajaran sejarah di kurikulum nasional," ujar Nadiem Makarim dalam video yang diunggah oleh akun Instagram @kemendikbud.ri.

Nadiem mengungkapkan, isu ini keluar karena ada persentasi internal yang keluar ke masyarakat dengan salah satu permutasian penyederhanaan kurikulum.

Baca Juga: Tersingkir dari Partai Gerindra, Poyuono Sewot: Kan Kamu Baca dan Bukan hanya Nama Saya

 

"Kami punya banyak puluhan versi berbeda. Sekarang yang sedang melalui FGD (Focus Grup Discussion, red) dan uji publik semuanya belum tentu permutasi tersebut yang menjadi final," ujar Nadiem.

Lebih lanjut, Nadiem menyebut hal ini merupakan pengkajian yang benar, di mana berbagai opsi diperdebatkan secara terbuka.

Hingga tahun 2022, Kemendikbud menegaskan tidak akan melakukan penyederhanaan kurikulum. Sementara di (tahun) 2022, Kemendikbud akan melakukan berbagi prototyping di sekolah penggerak yang terpilih, namun bukan dalam skala nasional.

Baca Juga: Kerumunan Massa Pilkada Bisa Dicegah, Pengamat: Ketum Parpol Kumpul dan Tolak Kampanye Langsung

"Jadi sekali lagi, tidak ada kebijakan apa pun yang akan keluar di (tahun) 2021 dalam skala kurikulum nasional. Apalagi penghapusan mata pelajaran sejarah," tegas Nadiem.

Nadiem mengaku terkejut karena komitmennya terhadap sejarah dipertanyakan. Padahal, misinya adalah memajukan misi sejarah agar kembali relevan dan menarik bagi anak-anak.

Lebih lanjut, Nadiem menyinggung soal kakeknya yang merupakan tokoh perjuangan dalam kemerdekaan di tahun 1945. Ayah dan ibunya juga merupakan aktivis nasional untuk membela hak rakyat Indonesia dan berjuang melawan korupsi.

Baca Juga: Terdepak dari Partai Gerindra, Posisi Poyuono sebagai Waketum Resmi Digantikan Habiburokhman

"Anak-anak saya tidak akan tahu bagaimana caranya melangkah ke masa depan, tanpa mengetahui darimana mereka datang," ujarnya.

Misinya sebagai menteri merupakan kebalikan dari isu yang santer beredar. Nadiem ingin sejarah menjadi sesuatu yang relevan untuk generasi muda, dengan penggunaan media yang menarik agar bisa menginspirasi mereka.

"Identitas generasi baru yang nasionalis hanya bisa terbentuk dari suatu kolektif memori yang membanggakan dan menginspirasi," katanya.

Baca Juga: Faisal Basri Nyinyir Soal Anggaran Covid-19, Stafsus Menkeu: RAPBN 2021 Tidak Disusun di Ruang Hampa

Nadiem mengimbau masyarakat untuk tidak terkecoh pada informasi yang tidak benar dan menjadi liar. Juga berharap klarifikasinya bisa menjadi penenang d tengah kekacauan.

"Sejarah adalah tulang punggung dari identitas nasional kita. Tidak mungkin kami hilangkan," pungkasnya.

Editor: Nur Annisa

Sumber: Instagram @bpptkg PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x