Para peserta studi lapangan yang dipimpin oleh Kepala Sekolah SMA Labschool Jakarta Dr. Suparno, S.Pd, M.M setiba di Paseban Tri Panca Tunggal, Desa Cigugur disambut langsung oleh pimpinan Komunitas Sunda Wiwitan.
Setelah beberapa kata sambutan terucap dari kedua pimpinan, acara dilanjutkan dengan penampilan Tari Buyung yang dipersembahkan oleh dua penari perempuan.
“Wah, anak-anak SMA Labschool Jakarta memang pintar-pintar ya. Tidak salah sekolah ini memang berakreditasi A dan hebat,” kata Ketua Komunitas Sunda Wiwitan memuji para tamunya siang itu.
Tari Buyung merupakan seni tari tradisional Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Pada penampilannya setiap penari membawa properti berupa Buyung dan Kendi. Buyung ditempatkan di atas kepala para penari menggunakan sebuah alas agar tidak gampang jatuh berupa sebuah kain batik panjang asal Cigugur, sedangkan Kendi dibawa dengan genggaman mereka.
Baca Juga: Puluhan Pedagang Pasar Mambo Indramayu, Gelar Aksi Donasi Peduli Palestina
Tarian ini selain melambangkan aktivitas para gadis ketika mencuci dan menyiram pakaian menggunakan buyung yang mereka bawa sekaligus merupakan menampilkan keeleganan para gadis desa.
Setelah semua sambutan selesai seluruh rombongan siswa peserta studi lapangan langsung menuju tempat yang sudah dipersiapkan untuk melakukan sebuah wawancara langsung dengan narasumbernya.
Kegiatan wawancara itu menghabiskan waktu 3 jam karena ada dua kelompok peneliti yang mewawancara seorang narasumber secara bergantian ketika mengajukan 10 sampai 11 pertanyaan.
Baca Juga: Rekor Baru! Okupansi Kereta Cepat Whoosh Tembus 98,5%, Layani 21.312 Penumpang
Setelah rangkaian acara tersebut selesai, para peserta study lapangan langsung menuju bus masing-masing kemudian singgah sekali di tempat istirahat makan malam. Lokasi ini ditempuh satu jam dan rombongan memanfaatkan waktu dengan berfoto-foto.