PIKIRAN RAKYAT - Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sudah memberi rekomendasi pembukaan Fakultas Kedokteran (FK).
Dengan begitu MWA juga sudah menyetujui UPI untuk membuka Fakultas Tersebut, dan tahap berikutnya UPI akan memproses syarat dan ketentuan untuk membuka FK.
Proses tersebut yakni dengan mendapat persetujuan dari lembaga akreditasi mandiri kesehatan dan asosiasi penyelenggara pendidikan kedokteran.
Hingga kini, Persiapan untuk pembukaan FK UPI sudah 70 persen dan prosesnya sudah dilakukan sejak tahun 2019.
Bahkan pihaknya sudah mempersiapkan gedung khusus untuk FK serta tengah dipersiapkan juga soal sarana dan prasarana lainnya, termasuk kurikulum.
Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs resmi Galamedia, banyak inovasi baru yang dibuka oleh UPI dari mulai fakultas baru hingga prodi baru.
Selain pembukaan FK, katanya UPI juga akan membuka beberapa jurusan baru, baik di Kampus Bumi Siliwangi maupun di kampus daerah.
Baca Juga: Belajar secara Daring Banyak Diminati, Universitas Terbuka Adakan Program S3 Online
Seperti di kampus UPI Serang, Banten prodi yang akan dibuka adalah Logistik Kelautan. Di Kampus UPI Purwakarta, Kecerdasan Artifisial, di Cibiru Teknik Komputer, di Sumedang Pariwisata, di Tasikmalaya Desain Produk Industri dan di Kampus Bumi Siliwangi, Studi Otomatisasi Industri dan Seni Musik.
"Pembukaan prodi baru ini disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan daerah masing-masing. Dan tentunya untuk membantu bangsa dalam melahirkan SDM yang unggul," ujar Rektor UPI, Asep Kadarohman.
Sementara untuk pembuatan Fakultas Kedokteran, Asep tak menentukan target namun berharap pembangunan tersebut akan cepat diselesaikan.
Ia juga mengakui akan tetap melakukan segala proses yang ada dan dan berharap semua proses dapat dilakui dengan lancar.
Baca Juga: Tiga Gubernur Tidak Hadir dalam Rapat soal Banjir di DPR RI, Legislator Sebut Bentuk Arogansi
Disinggung ciri khas FK UPI, Asep menjelaskan adalah pada sisi fisik. Ini dilakukan untuk mensupport para atlet.
Sebab support yang diberikan tidak cukup hanya yang bersifat konvensional, tapi harus ada sentuhan teknologi kesehatannya.
"Selain itu, kita kan memiliki prodi pendidikan berkebutuhan khusus. Dengan begitu pendekatannya akan lebih khusus. Harapan kita, mereka yang difabel bisa lebih mandiri dan berkembang seperti kawan-lawan yang tidak difabel," ujar Asep.***