Terus Tuai Polemik, Kini Ahli Virologi Jepang Peringatkan Risiko Penyebaran Covid-19 pada Gelaran Olimpiade

- 8 Juni 2021, 17:00 WIB
Olimpiade Tokyo 2020 terus menuai polemik dan terdapat seruan pembatalan dari banyak pihak, yang terbaru adalah ahli virologi Jepang.
Olimpiade Tokyo 2020 terus menuai polemik dan terdapat seruan pembatalan dari banyak pihak, yang terbaru adalah ahli virologi Jepang. /Reuters/Athit Perawongmetha

PR CIREBON – Polemik penyelenggaraan Olimpiade Tokyo di tengah pandemi terus berlanjut, dengan petisi pembatalan diajukan oleh banyak pihak.

Perkumpulan tenaga medis senior Jepang sebelumnya meminta Olimpiade Tokyo dibatalkan dengan alasan kekhawatiran sistem kesehatan akan kewalahan.

Kini, ahli virologi dan penasihat pemerintah Jepang juga memperingatkan risiko penyebaran infeksi Covid-19 selama Olimpiade Tokyo.

Baca Juga: Polri Sampaikan Perkembangan Mengenai Perburuan Kasus Harun Masiku Setelah Buron Selama 500 Hari

Profesor Universitas Tohoku, Hiroshi Oshitani, adalah seorang perancang kebijakan ‘Tiga C’ Jepang terhadap pandemi.

Ia menyarankan warga Jepang untuk menghindari ruang tertutup, keramaian, dan situasi kontak dekat.

“Pemerintah dan panitia penyelenggara, termasuk IOC (Komite Olimpiade Internasional), terus mengatakan bahwa mereka menyelenggarakan Olimpiade yang aman.

Baca Juga: Kedua Kalinya Lagu Butter Menempati Puncak Hot 100 Billboard, Suga BTS Ucapkan Hal Ini pada ARMY

“Tapi semua orang tahu ada risiko. Ini 100 persen tidak mungkin untuk mengadakan Olimpiade tanpa risiko, penyebaran infeksi di Jepang dan juga di negara-negara lain setelah Olimpiade," kata Oshitani seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia.

Ia mengingatkan agar tidak menjadikan gelaran Olimpiade sebagai kesempatan semakin menyebarnya virus.

"Ada beberapa negara yang tidak memiliki banyak kasus, dan ada pula yang tidak memiliki varian. Jangan jadikan Olimpiade (kesempatan) untuk menyebarkan virus ke negara-negara ini," tambahnya, mencatat bahwa sebagian besar negara kekurangan vaksin.

Baca Juga: Sebut Ada Peluang Gisel dan Gading Marten Rujuk, Denny Darko: Doa-doa Gempi di Setiap Malam

Sudah ditunda dari tahun lalu karena pandemi, Olimpiade Tokyo tahun ini digelar dengan skala yang diperkecil.

Gelarannya akan dilakukan tanpa penonton asing, yang dimulai pada 23 Juli 2021 mendatang.

Meskipun demikian, kekhawatiran publik bahwa acara tersebut dapat menyebarkan virus Corona dan menguras sumber daya medis masih tetap ada.

Baca Juga: Akui Sulit Selidiki Asal Usul Covid-19, WHO: Tiongkok Terlibat dalam Penyembunyian Besar-besaran

Jepang tidak mengalami wabah yang melonjak tinggi seperti di negara lain tetapi telah mencatat hampir 760.000 kasus dan lebih dari 13.500 kematian.

Tokyo dan wilayah lain berada di bawah keadaan darurat setelah gelombang keempat melanda rumah sakit.

Penasihat medis utama pemerintah, Shigeru Omi, mengatakan pekan lalu para ahli medis merencanakan pernyataan tentang Olimpiade pada 20 Juni, ketika keadaan darurat akan dicabut.

Baca Juga: Lirik Lagu Paradise Milik EXO yang Baru Comeback dengan Album Don't Fight The Feeling

Sebuah serikat pekerja di pulau utara Hokkaido, di mana maraton Olimpiade akan diadakan, mengajukan petisi kepada gubernurnya pada hari Senin yang menyerukan agar Olimpiade dibatalkan.

Namun anggota dewan Komite Olimpiade Jepang Kaori Yamaguchi, peraih medali perunggu judo di Olimpiade 1988, mengatakan bahwa Jepang telah ‘terpojok’ untuk terus maju dengan Olimpiade.

Publik Jepang tetap terpecah tentang penyelenggaran Olimpiade, meskipun oposisi tampaknya agak mereda.

Baca Juga: Polri Tidak Akan Menindaklanjuti Laporan ICW Terhadap Gratifikasi Ketua KPK Firli Bahuri, Berikut Alasannya

Sebuah survei oleh televisi lokal minggu ini menunjukkan 55 persen menginginkan Olimpiade ditunda atau dibatalkan, turun 10 poin dari bulan lalu.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x