Emilya mengatakan awan lenticularis merupakan fenomena biasa. Awan ini sering muncul atau terbentuk di daerah pegunungan, gunung, maupun perbukitan/bukit.
Pembentukan awan ini disampaikan Emilya dipengaruhi oleh faktor orografis atau elevasi sehingga awan ini sering terbentuk di daerah pegunungan.
Baca Juga: Pelaku UMKM Cirebon Yuk Bangkit, PRMN Buka Promosi GRATIS dengan Syarat Berikut Ini
Menurut dia, awan biasanya sering terbentuk disisi pegunungan yang berangin atau sisi hadap lereng (windward), tetapi awan lenticularis terbentuk disisi bawah angin atau sisi belakang lereng (leeward).
Dengan begitu, saat udara lembab naik ke sisi atas gunung atau bukit mengalami pendinginan dan pemadatan sehingga menghasilkan awan. Namun, disisi yang berlawanan dengan angin, udara menurun dan menghangat sehingga terjadi penguapan.
"Dilihat dari permukaan, awan terlihat tidak bergerak saat udara mengalir dan lapisan pembentuk awan terlalu kering swhingga lenticular akan terbentuk satu di atas yang lain. Bahkan terkadang hal ini meluas ke lapisan stratosfer dan terlihat seperti UFO," ujarnya
Baca Juga: Diego Maradona Dibius Untuk Pemulihan dari Gejala Fisik Pasca Ketergantungan Alkohol
Dosen Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geogragi UGM ini mengatakan bentuk gelombang di atas gunung dan bagian bawah berbentuk pusaran air yang berputar-putar. Bagian yang naik dari bentuk pusaran air ini cukup dingin untuk menghasilkan awan rotor.
Menurut dia, udara di awan rotor ini sangat bergejolak dan berbahaya bagi pesawat yang terbang di sekitarnya. Kondisi berbahaya juga berlaku untuk penerbangan disisi leeward gunung/bukit karena ada gerakan ke bawah yang cukup kuat.
Ditambahkannya, kemunculan awan lenticularis ini biasanya akan menimbulkan hujan dengan intensitas sedang.