Sarman mengatakan bahwa perpanjangan PSBB total jelas semakin memberatkan pengusaha, seperti transaksi yang minim, omzet menurun sampai 80 persen, arus kas (cashlow) semakin tertekan serta biaya operasional yang akan semakin membebani pengusaha.
Baca Juga: Bak Kena Karma, Djoko Tjandra Ngaku Tertipu Pinangki dan Andi Irfan terkait 10 Action Plan Kasusnya
Akan tetapi, lanjut Sarman, risiko-risiko tersebut harus dihadapi dan ditanggung bersama. Ia berharap bahwa PSBB kali ini menjadi pembatasan terakhir agar ada kepastian bagi dunia usaha. Jika penularan Covid-19 semakin terkendali, akan semakin cepat pula upaya pemulihan ekonomi.
Sarman menambahkan, jika pandemi ini semakin berkepanjangan maka masalah yang akan timbul pun akan semakin besar. seperti bertambahnya angka PHK, banyaknya UMKM yang tutup, angka kemiskinan yang bertambah, serta berbagai masalah sosial lainya.
Ia pun menuturkan bahwa dunia usaha kini lebih mengkhawatirkan pandemi yang berkepanjangan ketimbang resesi.
Baca Juga: PSBB Anies Baswedan Mulai Dipuji, Anak Buah Sri Mulyani: Bukan Negatif, Investor Makin Percaya
“Bagi kami pengusaha tidak khawatir resesi, yang kami khawatirkan jika pandemi ini berkepanjangan. Kita menyadari bahwa fundamental ekonomi kita masih kuat, jika pandemi ini segera kita akhiri maka berbagai aktivitas ekonomi dan bisnis akan kembali normal, sehingga akan cepat keluar dari resesi,”ujarnya.
Kunci utama masalah ekonomi di tengah pandemi yakni bagaimana semua pihak berperan serta mematikan penyebaran Covid-19 dengan konsisten melaksanakan protokol kesehatan.
Dirinya berharap agar pemerintah dapat memperketat pengawasan, penindakan secara tegas serta sanksi kepada para pelanggar PSBB, sehingga efektifitas untuk menekan laju penyebaran dapat dirasakan.
“Tidak ada lagi toleransi dan dispensasi ini pertaruhan akan masa depan ekonomi dan keselamatan semua, tindakan tegas kepada setiap orang yang melanggar protokol kesehatan menjadi sesuatu yang harus diterapkan secara tegas dan konsisten,”ucapnya.***