Tiga Keunikan Pilkada Jember, dari Petahana Maju Jalur Independen hingga Mufakat Parpol Jauhi Faida

- 23 September 2020, 17:15 WIB
Bupati Jember Faida kehilangan gaji pokok
Bupati Jember Faida kehilangan gaji pokok /

PR CIREBON - Pengamat politik dari Universitas Jember Hermanto Rohman mengatakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Jember akan berbeda dari kebanyakan, karena memiliki tiga keunikan.

Adapun keunikan pertama adalah, calon petahana yang tidak akan didukung partai yang sama pada periode sebelumnya.

"Keunikan pertama adalah kebiasaan calon petahana yang awalnya didukung oleh partai, maka pada periode kedua pencalonannya mestinya berangkat dengan partai yang sama untuk melanjutkan programnya, namun tidak di Jember," ungkapnya di Kabupaten Jember, belum lama ini.

Baca Juga: PDIP Cemas Kalah Pilkada Solo 2020 sampai Megawati Turun Gunung, Pengamat: Harga Diri Dipertaruhkan

Kemudian berikutnya, Pilkada Jember kali ini, justru partai pendukung sebelumnya dan hampir semua partai tidak mau memberikan rekomendasinya kepada petahana.

Meskipun, petahana sempat mendaftar ke salah satu partai politik besar juga, sebelum akhirnya memilih jalur perseorangan.

"Keunikan kedua adalah dengan komposisi dukungan partai pada dua (bakal) pasangan calon dan satu calon perseorangan (petahana) menjadikan persepsi bahwa Pilkada Jember adalah kekuatan parpol vis a vis kekuatan rakyat pada petahana," jelasnya, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara News.

Baca Juga: Jokowi Tak Minta Wapres Maju di Sidang Majelis Umum PBB, Pidato Presiden Ternyata melalui Taping

Bahkan, hitungan politik di Pilkada Jember pun berbeda, jika banyak daerah biasanya petahana maju kembali pasti diperhitungkan sebagai calon kuat, termasuk di Jember kecuali kalau figur petahana bermasalah.

"Keunikan ketiga pilkada itu dimulai dengan konflik berkepanjangan hubungan tidak harmonis antara eksekutif dan legislatif, sehingga muncul putusan mufakat secara politik melalui hak menyatakan pendapat untuk melengserkan petahana," tambahnya.

Jika dari keunikan yang dilakukan hitungan matematis, maka semestinya nilai dukungan calon parpol akan lebih kuat daripada calon perseorangan melihat angkanya di Jember.

Baca Juga: Sidang Online Tak Didampingi Pengacara, Jerinx SID Dua Kali Ditegur Majelis Hakim

"Dengan catatan mesin partai solid dalam menggerakkan konstituen (hasil pemilu legislatif) yang terepresentasikan dari kursi di DPRD Jember," ucap pakar kebijakan dan anggaran publik itu.

Sedangkan dalam politik pilkada adalah politik figur, sehingga akal calon perseorangan yang muncul adalah petahana yang masih berkuasa dalam pemerintahan, maka pasti hitungan matematis itu hasilnya bisa berbeda.

"Apalagi kalau kemudian diimbangi dengan strategi politik jitu maka hitungan matematis yang kecil dan lemah bisa berbalik menjadi besar dan pemenang," katanya.

Baca Juga: Hilang dalam Kurun Waktu Tertentu, WhatsApp Uji Coba Fitur Pesan Temporer untuk Foto hingga GIF

Sebagai informasi, sebanyak tiga pasangan bakal calon bupati dan wakil bupati Jember mendaftar ke Kantor KPU Jember sebagai peserta pilkada yakni dua pasangan calon menggunakan kendaraan parpol, dan satu pasangan calon melalui jalur perseorangan.

Pasangan Hendy Siswanto - Muhammad Balya Firjaun Barlaman diusung oleh Partai NasDem, Gerindra, Demokrat, PPP, dan PKS dengan jumlah 28 kursi DPRD.

Kemudian diikuti pasangan kedua adalah pasangan Abdus Salam - Ifan Ariadna Wijaya yang diusung PKB, PDI-P, Golkar, Perindo, PAN, dan Berkarya (22 kursi DPRD).

Baca Juga: Nadiem Makarim Tak Tepat Sasaran Beri Bantuan PJJ, Ombudsman Protes Dapat Kuota Internet Gratis

Hanya saja, pasangan calon petahana Faida yang menggandeng Dwi Arya Nugraha Oktavianto memilih jalur perseorangan dengan 146.687 surat dukungan yang terverifikasi untuk mendaftar.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x