Puan Maharani Benar Prihatin Soal Pancasila Sumbar, Pengamat Ungkit Larangan Injil Berbahasa Minang

- 7 September 2020, 18:29 WIB
Pancasila sebagai ideologi dan pemersatu bangsa
Pancasila sebagai ideologi dan pemersatu bangsa /portaljember.pikiran-rakyat.com

PR CIREBON - Pengamat politik Ade Armando berusaha bersikap objektif tentang pernyataan Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang dinilai menyinggung rakyat Sumatera Barat (Sumbar).

Padahal,  Ade setuju tentang Puan yang hanya menyampaikan keprihatinan terhadap banyak orang mulai bersikap intoleransi, bahkan ditunjukkan pemerintah dan sebagian masyarakat Sumbar.

Untuk itu, harapan Puan Maharani tentang adanya Pancasila dalam diri rakyat Sumbar, benar adanya.

Apalagi, sejarah membuktikan banyak tokoh yang berwatak pluralis dari Sumatera Barat, sehingga bila diibaratkan Mohammad Hatta masih hidup, maka mungkin beliau amat khawatir dengan tanah lahirnya ini.

Baca Juga: Rocky Gerung Kasihan Lihat Puan Maharani Bermasalah di Sumbar, Sudah Rusak Paket Kekuasan PDIP

“Kalau Bung Hatta masih hidup, mungkin dia juga akan khawatir dengan apa yang terjadi di tempat kelahirannya itu. Tanya saja anak dan cucu Bung Hatta tentang Sumatera Barat. Saya duga jawabannya adalah prihatin,” ungkap Ade, seperti dilihat PikiranRakyat-Cirebon.com dalam channel Youtube Cokro TV pada Senin, 07 September 2020.

Lebih lanjut, Ade dengan gamblang menyebut Padang sebagai salah satu kota dalam kelompok lima kota paling tidak toleran di Indonesia, sesuai data indeks intoleran.

Bahkan tak lupa, ia pun mengungkit saat Gubernur Sumatera Barat melarang aplikasi injil berbahasa Minang dengan dalih didesak para pemuka agama Islam setempat.

Baca Juga: Ridwan Kamil Bongkar Sosok Orang Bernama Anjay, Lengkap Dibuktikan dengan KTP dan KTM

“Itu maksudnya apa? Kalau orang-orang Sumatera Barat memang pancasilais, mereka pasti akan gembira menyaksikan umat Kristen di sana memiliki injil berbahasa Minang,” jelas Ade dengan nada heran.

Selain itu, Ade pun merujuk pada Sila kedua Pancasila yang mengartikan setiap rakyat Indonesia seharusnya bisa menghargai hak manusia beradab yang berbeda dengannya.

“Sila kemanusiaan yang adil dan beradab itu berarti rakyat Indonesia di seluruh tanah Indonesia harus menghargai hak manusia beradab untuk berbeda, termasuk dalam beragama dan berkeyakinan,” tambahnya.

Baca Juga: Cuitan Bernada Pelecehan Seksual Viral, Politikus Demokrat Minta Maaf dengan Narasi Pembelaan Diri

Kemudian berikutnya, rasa saling menghargai perbedaan itu dapat menyatu dalam sila ketiga Pancasila yang mengartikan kekeluargaan mengatasnamakan Indonesia melingkupi perbedaan itu.

“Sila persatuan Indonesia itu berarti kita semua adalah satu keluarga, terlepas dari perbedaan keyakinan dan agama kita,” tambahnya.

Dengan demikian, ia menyebut keputusan Gubernur Sumatera Barat saat itu yang berdalih kelompok agama islam setempat mendesak agar aplikasi Injil berbahasa Minang dilarang, adalah hal yang paling tidak pancasilais.

Artinya, ini menjadi bukti dari sikap anti Pancasila yang sering terdengar dari Sumbar, bahwa penindasan terhadap non-muslim masih terjadi di sana.

Baca Juga: Makna Mendalam dari Pernyataan Puan, Pakar: Sumbar Bukan Hanya untuk Satu Etnis, Harapan Pancasila

“Banyak pemuka agama dan adat di provinsi tersebut berdalih bahwa mereka sekadar menegakkan prinsip: adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah. Yang artinya masyarakat di sana menegakkan adat yang bersendikan syariah, yang berlandaskan Alquran,

“Ini jelas mengherankan karena mereka seolah menyatakan bahwa Alquran mengajarkan umat Islam untuk memusuhi dan menindas hak umat Kristen untuk beribadat," demikian pernyataan tegas Ade terkait selubung anti Pancasila di Sumbar.

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: YouTube Sobat Dosen


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x