Khawatirkan Indonesia Serupa Meksiko, BMKG: Waspada 'Bom Waktu' dari Gempa Megathrust

- 25 Juni 2020, 12:20 WIB
Salah satu titik yang terdampak parah gempa di Meksiko.
Salah satu titik yang terdampak parah gempa di Meksiko. /

PR CIREBON - Pandemi yang melanda Meksiko sudah cukup parah dengan total kasus positif mencapai 191.410 dan kematian hingga 23.377 jiwa, tetapi ternyata musibah alam turut menambah kondisi mengenaskan itu.

Secara detail, musibah gempa bumi dengan kekuatan 7.4 magnitudo mengguncang wilayah Meksiko Selatan pada Selasa, 23 Juni 2020.

Tepatnya, gempat itu berpusat di Pesisir Pantai Negara Bagian Oaxaca, Mexico City sekitar pukul 10.29 waktu setempat dengan ke dalaman hiposentrum 26 km dan episentrum 12 km.

Baca Juga: 80 Persen Akurat Setara PCR, Alat Rapid Tes Lokal Pelacak Antigen Siap Produksi hingga 50.000 Kit

Lebih dari itu, guncangan gempa di Meksiko pada Selasa, 23 Juni 2020 itu merupakan gempa besar yang ke-9 kali dengan kekuatan di atas 7.0 magnitudo. Sedangkan, delapan gempa lainnya terjadi pada 2017(M 8.2), 2012(M 7.4), 2003(M7.5), 1995(M 8.0), 1985(M 8.0), 1932(M 8.1), 1845(M 7.9), dan 1786(8,6).

Akibat dari guncangan gempa itu pun dirasakan sekali dengan rusaknya beberapa struktur bangunan rumah di Mexico City, seiring dengan orang-orang yang berkeliaran di jalanan selama satu jam, tanpa mengenakan masker.

Bahkan melansir laporan dari Associated Press, lima orang dinyatakan tewas yakni dua orang di Oaxaca, dua orang tewas di Desa Pegunungan San Juan Ozolotepec, dan satu terakhir merupakan seorang pekerja yang jatuh dari struktur kilang minyak milik pemerintah, Pemex.

Baca Juga: Ontario Bakal Mengizinkan Karyawan yang Positif Covid-19 Bekerja Sesuai Pedoman 'Isolasi Diri Kerja'

Namun rupanya, gempa berkategori megathrust itu mengundang perhatian Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono.

Diungkapkan Daryono dalam analisisnya, peristiwa gempa yang terjadi di Meksiko ini dapat dijadikan pelajaran bagi Indonesia.

"Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa Oaxaca (Meksiko) M 7.5 mekanismenya sesar naik ciri khas mekanisme gempa megathrust," tulis Daryono di akun Instagramnya pada Rabu, 24 Juni 2020.

Baca Juga: Tuai Kritik Pedas Soal Ketampanan dan Gaya Berpakaian, Kang Dong-won: Wajahku Mengembang Hari Itu

Lebih lanjut, Daryono menyebutkan gempa itu terjadi karena dipicu deformasi batuan tepat di zona Megathrust Oaxaca.

"Tadi malam, tekanan kulit bumi di zona megathrust itu tampaknya sudah melampaui batas elastisitasnya hingga batuan tidak mampu lentur lagi sehingga patah dengan tiba-tiba selanjutnya memancarkan energi gelombang seismik," ucap Daryono.

Terlebih, aktivitas seismik terjadi pada Lempeng Cocos yang berada di Samudra Pasifik dekat Meksiko selalu bergerak 50 hingga 70 milimeter per tahun.

"Gempa Oaxaca southern Mexico M 7,4 tadi malam memicu collateral hazard berupa longsoran di berbagai tempat," kata Daryono. 

Baca Juga: Masih Mendekam di Penjara, Zumi Zola Digugat Cerai Sang Istri, Netizen Sebut Itu Karma

Namun begitu, Daryono memuji Meksiko mampu membuat sejumlah gedung dan bangunan tahan gempa yang teruji, seolah Pemerintah setempat sudah mempersiapkan dengan baik.

Kemudian, Daryono pun membandingkan dengan gempa di Yogyakarta pada tahun 2006 lalu yang kekuatannya lebih kecil yakni 6.4 Magnitudo, tetapi dampak kerusakannya sangat besar dan menimbulkan lebih dari 5.800 korban jiwa.

"Tampaknya Meksiko sudah lama dalam menyiapkan struktur bangunan tahan gempa, sementara di Yogyakarta saat itu masih banyak bangunan yang di bawah standar aman gempa," ujar Daryono membandingkan dua lokasi gempa.

Baca Juga: Situs Resmi DPR Tak Bisa Diakses, Akun Anonim Klaim Situs Diretas Demi Tunjukkan Penolakan RUU HIP

Inilah yang harus dipelajari Indonesia dari Meksiko, bangunan tahan gempa adalah kunci keselamatan yang paling utama, sehingga korban jiwa pun dapat ditekan seminimal mungkin.

"Pelajaran terpenting yang dapat kita ambil sebagai pelajaran bahwa bangunan tahan gempa adalah kunci keselamatan yang paling utama dalam menghadapi gempa sehingga cepat atau lambat harus kita merealisasikannya," kata Daryono.

Selain itu, Daryono pun mengingatkan pentingnya mengidentifikasi zona megathrust dan sesar aktif di Indonesia yang segmennya belum mengalami gempa kuat untuk diwaspadai.

Baca Juga: Sebarkan Virus Corona dalam Pertandingan Tenis, Novak Djokovic Ungkap Krologi Infeksi

Pasalnya, Daryono telah mengamati adanya potensi gempa di kawasan seismic gap sebagai 'bom waktu' yang suatu saat akan meledak dengan melepaskan energi yang besar. Zona seismic gap adalah zona sumber gempa aktif akan tetapi sudah lama tidak terjadi gempa dahsyat

"Jika kita mencermati urutan sejarah gempa besar di Meksiko yang terjadi di sepanjang Subduksi Lempeng Cocos, tampak bahwa gempa Oaxaca terjadi di kawasan yang selama ini 'kosong' dari gempa besar," ucap Daryono.

Mengakhiri pernyatan, Daryono tak lupa mengingatkan wilayah-wilayah di Indonesia yang memiliki catatan gempa besar wajib hukumnya membangun tahan gempa serta mengedukasi warganya bagaimana cara selamat saat terjadi gempa.

Baca Juga: Terkenal Obsesif, Penggemar K-Pop AS Menjadi Kekuatan Politik yang Harus Diperhitungkan

"Gempa besar akan mengalami perulangan atau periode ulang sehingga daerah yang pernah mengalami gempa besar pada masa lalu maka dapat kembali dilanda gempa kuat di masa yang akan datang," jelas Daryono menutup pernyataan.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Instagram @bpptkg Associated Press BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah