PIKIRAN RAKYAT - Erupsi Gunung Anak Krakatau yang berlangsung sejak Jumat malam pukul 21.00 WIB hingga Sabtu pagi pukul 06.00 WIB tidak memicu terjadinya tsunami, demikian dilaporkan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono pada Sabtu, 11 April 2020.
"Hasil monitoring muka laut menggunakan 'tide gauge' di Pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen dan Marina Jambu menunjukkan tidak ada anomali perubahan muka laut, "tutur Rahmat Triyono dalam pernyataan yang dikutip Pikiranrakyat-Cirebon.com melalui Kantor Berita Antara.
Bahkan, monitoring muka laut telah dilakukan dengan menggunakan Radar Wera yang berlokasi di Kahai, Lampung dan Tanjung Lesung, Provinsi Banten.
Baca Juga: 20 Persen Volume Sampah Menurun di Kota Cirebon, Dampak Terjadinya Pandemi Covid-19
Namun monitoring itu tidak menunjukkan adanya anomali muka laut pada waktu yang sama.
Oleh karena itu, BMKG menyimpulkan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat malam tidak memicu terjadinya tsunami.
Selain itu, monitoring kegempaan yang dilakukan BMKG tepat pada saat terjadinya erupsi pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB juga menunjukkan bahwa sensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik.
Baca Juga: Kota Cirebon Laporkan Kasus Positif dan Kematian Pertama, Korban Meninggal di Bandung
Oleh karena itu, erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini dapat disebut lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu.