Iklim dan Suasana Politik Tahun 2020 akan Sejuk, Partai Politik Mulai Mengendus Calon Presiden

- 17 Juni 2022, 10:07 WIB
Jusuf Kalla, Mantan Wakil Presiden RI memberikan khabar bahwa iklim politik kita saat ini tidak perlu ditakutkan./pikiran-rakyat.com
Jusuf Kalla, Mantan Wakil Presiden RI memberikan khabar bahwa iklim politik kita saat ini tidak perlu ditakutkan./pikiran-rakyat.com /

SABACIREBON-Iklim dan Suasana politik di tahun2022 akan sejuk. Tidak akan muncul suasana panas yang mengkhawatirkan.

Pun sampai Pemilu Pilpres mendatang. 

Suasana politik akan berbeda dengan Pemilu sebelumnya yang sempat diramaikan dengan politik yang mengangkat isyu sara dalam bentuk kepentingan suku, agama serta kelompok kepentingan tertentu.

Di Pemilu sebelumnya, banyak dibenturkan hal-hal yang seperti ini dengan menimbulkan kemungkinan perpecahan.

Baca Juga: Rory McIlroy Nampak Sedang Pikul Beban Berat di US Open 2022. Meski Catat 3 Under Par-67 pada Putaran Pertama

Namun suasana politik yang menakutkan ini kecil kemungkinannya timbul. Tidak perlu ditakutkan. Mantan Wakil Presiden RI, memberikan informasi yang menyejukkan itu.

"Banyak yang mengatakan bahwa tahun ini politik akan panas. Saya katakan tidak, ini tahun politik yang sangat romantis," kata Jusuf Kalla saat menjadi pembicara pada Seminar Kebangsaan dalam rangkaian Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai NasDem di Jakarta, Kamis, seperti yang dilaporkan Antara.

Dia pun menjelaskan mengapa tahun ini adalah tahun politik yang romantis karena pada tahun ini banyak yang tengah mencari pasangan seperti muda-mudi yang kasmaran.

Baca Juga: Adam Hadwin Sementara Pimpin Putaran Pertama Kejuaraan golf US Open 2022 dengan 4 Under Par.

"Kenapa romantis? Karena sama dengan orang pacaran, semua cari pasangan yang cocok memenuhi syarat, lobi cari pasangan, jadi ini tahun cari pasangan. Jadi begitulah suasana politik kita, tapi tentunya siapa terbaik akan terpilih.

Memang tidak mudah untuk jadi tahun romantis karena banyak hal yang harus dipertimbangkan, seperti faktor pasangan, faktor partai, dan juga faktor elektabilitas," ujar Ketua Umum Partai Golkar periode 2004-2009 tersebut.

Menurut JK, elektabilitas menjadi satu di antara beberapa faktor kendala para aktor politik mencari pasangan.

Baca Juga: Malam Ini Persib Bandung vs Persebaya Surabaya, Pelatih Aji Santoso Takut Sama Ciro?

"Pasangan, partai, dan elektabilitas. Ini jadi satu suasana sulit. Elektabilitas tinggi tapi tidak ada partai. Ada yang terbaik punya partai, punya partai tapi tidak terbaik," ucapnya.

Selain itu, ambang batas parlemen atau parliamentary thershold yang tinggi juga menjadi faktor.

Dia berpendapat parliamentary threshold yang tinggi sering kali menjadi penghalang partai-partai karena mereka ingin mengusung kader, namun tidak bisa karena terhalang syarat persentase untuk mengajukan calon.

Baca Juga: Film Broker Jadi Ajang Reuni Dua Artis Korea, Mengisahkan Perdagangan Bayi

"Partai yang menengah atas itu, ya, memenuhi syarat. Tapi kalau elektabilitas tinggi tapi tidak ada partai? Jadi bagaimana gabungan dua ini? Jadi yang ambil peranan bukan partai besar, tapi partai menengah," kata Jusuf Kalla.***

 

Editor: Aria Zetra

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x