Tidak Mudah Nyatakan Kasus Hepatitis Akut Pada Anak Sebagai 'Pandemi'

- 6 Mei 2022, 15:32 WIB
Outbreak atas kasus Hepatitis akut pada anak makin meluas. /pikiran-rakyat.com
Outbreak atas kasus Hepatitis akut pada anak makin meluas. /pikiran-rakyat.com /

 

SABACIREBON-Tidak mudah untuk menetapkan suatu kasus penyakit menjadi "pandemi". Hal itu menjadi pertanyaan banyak pihak, ketika wabah penyakit hepatitis akut muncul pada anak usia 16 tahun ke bawah.

Pandemi sendiri, adalah suatu istilah dalam kesehatan masyarakat, yang mencirikan tentang peningkatan status penyakit. Pandemi diikuti dengan peningkatan kejadian, meluas dan menyebar tanpa batas negara. Covid 19 disebut sebagai Pandemi. 

Baca Juga: Kim Kardashian Cemas Rambutnya Rontok Setelah Dibleaching Selama 14 Jam

Hepatitis akut ini menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena banyak menyerang anak-anak di beberapa negara di Eropa.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam Instagramnya tanggal 2 Mei 2022 melaporkan tentang WHO yang menerima  laporan kasus hepatitis akut pada anak-anak di Inggris Raya.

IDI mencatat, kasus serupa juga terdeteksi di Irlandia, Spanyol, Israel, Amerika Serikat, Denmark, Belanda, Italia, Norwegia, Prancis, Romania, Belgia, Jepang, dan Kanada.

Baca Juga: Gadis Kelahiran Majalengka Terpilih Menjadi Kapten Tim Uber Indonesia, Siapa Dia?

Lantas dari kawasan Asia, Singapura menginfokan tentang penemuan penyakit sejenis.

Temuan kasus tersebut terus diselidiki. Pada 8 April 2022, tercatat sudah ada 74 kasus hepatitis misterius ini dan enam anak penderita di antaranya menjalani transplantasi atau cangkok liver (hati).

Pembicaraan tentang Hepatitis akut ini menjadi ramai karena, Rumah Sakit Cipto (RSCM) Jakarta melaporkan tentang kematian 3 anak di rumah sakit ini.

Kasus kematian terhadap 3 anak di Indonesia menyebabkan Kementrian Kesahatan melakukan penyeledikan untuk "mencari tahu penyebab hepatitis akut" ini.

Baca Juga: Jangan Cuci Telur Sebelum Disimpan, ini 7 Kesalahan dalam Penyediaan Telur di Rumah

Ada kriteria khusus

Pakar kesehatan  yang mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan status hepatitis akut bergejala berat pada anak "sebagai kejadian luar biasa (KLB)" di dunia belum tentu berkembang menjadi pandemi.

"Kalau ada penyakit-penyakit yang agak di luar kebiasaan, itu memang tercatat di website WHO namanya Deasese Outbreak News (DONs) yang diterjemahkan sebagai KLB," katanya saat dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Daftar penyakit yang tercantum sebagai KLB di WHO, kata dia, ada banyak. Sepanjang April 2010 tercatat 10 penyakit yang berkriteria KLB dunia.

Baca Juga: Memendam Ambisi di Debutnya Bersama Timnas Indonesia, Marc Klok Bilang Begini...  

Penyakit tersebut di antaranya hepatitis akut berat yang dilaporkan kali pertama 15 April di Inggris dan Irlandia serta 23 April di berbagai negara, ebola di Kongo, Japanese encephalitis di Australia, Salmoneum thypimurium di berbagai negara, kolera di Malawi, malaria di Somalia, demam kuning di Uganda, VDPV (vaccine derived polio virus) tipe 3 di Israel dan MERS CoV di Arab Saudi.

"Artinya, kalau 10 penyakit KLB per bulan, setahun bisa 100 lebih penyakit yang diumumkan WHO sebagai KLB," katanya.

Ia mengatakan dalam beberapa tahun terakhir baru penyakit menular COVID-19 yang dikriteriakan sebagai pandemi oleh WHO setelah sebelumnya masuk dalam daftar KLB.

Baca Juga: Nissan akan Dorong Datsun Melahirkan Mobil Listrik Terjangkau Menyasar Pasar Negara Berkembang

Status suatu penyakit, kata dia, dapat meningkat sebagai pandemi manakala memenuhi sejumlah barometer WHO, di antaranya pembahasan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC).

"Kalau PHEIC sudah terjadi, maka diamati lagi, baru kemudian diputuskan menjadi pandemi," kata  mantan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Kemenkes RI itu.

Sejumlah kriteria status pandemi adalah jenis penyakit merupakan yang terbaru, bergejala berat, penyebaran penyakit terjadi lintas benua, dan menimbulkan masalah kesehatan yang berarti, katanya.

"Jadi kriteria pandemi tidak diukur berdasarkan banyaknya angka kasus yang terjadi," katanya.

Baca Juga: Ada Adegan Panas dan Bikin Sport Jantung, Cek Ini Sinopsis dan Link Nonton Film KKN di Desa Penari

Pernyataan KLB hepatitis akut bergejala berat pada anak di bawah umur 16 tahun oleh WHO, kata dia, agar masyarakat dunia menjadi waspada dan meningkatkan upaya mitigasi sehingga tidak berpeluang mewabah.

"Jangan karena Hepatitis akut bergejala berat ini tertulis di DONs kemudian orang berpikir bahwa ini sesuatu yang sangat istimewa dan pasti menjadi besar. Belum tentu," katanya.

Status KLB pada penyakit di dunia terdiri atas dua kriteria, yakni karakter penyakit yang sudah jelas seperti Malaria, Mers dan lainnya. Berikutnya adalah penyakit yang belum jelas secara karakteristik tapi telah muncul di tengah masyarakat.

Baca Juga: Kiper Anyar Persib Fitrul Dwi Rustafa Pilih Nomor Punggung 1, Ini Alasannya

Terkait tiga kasus meninggal di Jakarta diduga Hepatitis akut berat, Tjandra tidak setuju jika kasus itu dikriteriakan sebagai ​​probable sebab belum ada diagnosa laboratorium yang menyatakan kasus itu negatif Hepatitis A, B, C, D atau E.

"Hepatitis ini belum ada konfirmasinya, karena kita belum tahu sebabnya apa. Status probable itu kalau Hepatitis pada anak di bawah 16 tahun yang Hepatitis A sampai E-nya tidak ketemu. Tiga kasus di Indonesia belum probable," katanya.

Dalam rekomendasi penanganan pasien Hepatitis akut bergejala berat yang diterbitkan Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) per 5 April 2022, juga disebutkan bahwa saat ini pemeriksaan Hepatitis D dan E belum tersedia secara luas di Indonesia. Sehingga skrining awal hanya dilakukan pada Hepatitis A, B dan C.

Baca Juga: Dari Sidang Saling Gugat Johnny Depps dan Amber Heard, KDRT dan kekerasan Seksual Dialami Amber

"KLB ini lebih pada kecurigaan sehingga kita perlu waspada. Dari sejak 2020, yang saat ini menjadi pandemi cuma satu (COVID-19) padahal yang KLB sudah ratusan," katanya.

Untuk itu masyarakat diimbau untuk tidak panik berlebihan menghadapi Hepatitis akut berat di Tanah Air. Namun kewaspadaan secara dini perlu terus ditingkatkan, demikian Tjandra Yoga Aditama.***

Editor: Aria Zetra

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah