Inilah 2 Pelajaran Penting untuk Pemerintahan Indonesia dari Peristiwa Tenggelamnya KRI Nanggala 402

- 25 Mei 2021, 13:00 WIB
Ilustrasi kapal selam KRI Nanggala-402//Dosen Jurusan Hubungan Internasional Binus University Tangguh Chairil menuliskan soal pembelajaran dari peristiwa KRI Nanggala 402.
Ilustrasi kapal selam KRI Nanggala-402//Dosen Jurusan Hubungan Internasional Binus University Tangguh Chairil menuliskan soal pembelajaran dari peristiwa KRI Nanggala 402. /Dok. Hallo Media/M. Rifa'i Azhari

2. Pengadaan alutsista yang menyeluruh

Menurut Chairil, pengadaan alutsista Indonesia hanya mempertimbangkan pembelian dan bukan keseluruhan umur alutsista tersebut.

Baca Juga: Renault-Nissan dan Hyundai di India Harus Tutup Karena Pekerja Ketakutan Tertular Covid-19!

Hal tersebut menurutnya harus dihentikan, karena kepemilikan alat pertahanan harus mencakup elemen pendukung selama penggunaan alutsista tersebut (in-life support), hingga melakukan proses setelah alutsista tidak bisa digunakan lagi.

Chairil menjelaskan bahwa In-life atau in-service support adalah semua dukungan terkait operasional alutsista yang memastikan alat tersebut dapat diandalkan untuk misi dan pelatihan. 

Selain itu, In-life support juga memastikan alutsista memiliki masa penggunaan yang panjang.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Cinta, 25 Mei 2021: Cancer, Leo, dan Virgo Belajarlah untuk Mencintai Apa Adanya

Kemudian, In-life support tidak terbatas pada pemeliharaan dan perbaikan alutsista. Hal ini juga termasuk layanan logistik dan dukungan peralatan.

"Pabrikan alutsista biasanya menyediakan layanan ini, tapi itu juga dapat dikontrakkan ke perusahaan lain," ucap Chairil.

"Dalam kasus Nanggala, masa operasional 40 tahun tampak sangat lama. Tapi, jangka waktu ini tidak akan menjadi masalah jika kapal selam menerima in-life support yang baik," tambah Chairil.

Halaman:

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: The Conversation


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah