Baca Juga: Ramalan Zodiak Cinta Hari Ini, Kamis, 11 Maret 2021: Gemini Harus Ambil Keputusan Sulit
Selain itu, tumpeng berarti “tumindak sing lempeng”, atau manusia harus berjalan secara lurus dengan ketentuan yang berlaku atau syariat agama, “Shirathal Mustakim”, petunjuk jalan yang lurus dalam menggapai sebuah tujuan hidup.
Diterangkan Ki Demang Wangsapyudin, tumpeng adalah budaya, jangan dianggap sebagai bid’ah. Hanya simbol atau siloka tradisi budaya adat. Adapun suka dikatakan mirip dengan sesajen dalam agama lain. Terpenting adalah niatnya berupa sedekah karena Allah SWT.
“Tumpeng itu terbuat dari beras, kalau diharamkan, kenapa tidak sekalian berasnya diharamkan. Karena, beras juga dimakan oleh Hindu, Buddha, Konghucu, Katolik, Protestan, dan agama lainnya juga!” ujarnya.
Ki Demang Wangsapyudin menerangkan, dalam acara syukuran, kenduri selamatan, umat Islam memotong tumpeng dengan dibarengi panjatan doa kehadirat Allah SWT, dengan membaca Qur’an Surat Al-Fatihah, juga doa-doa Islami lainnya, dan Sholawat Nabi Muhammad SAW.
“Yang jelas tidak mungkin sama halnya dibacakan oleh umat agama non-Muslim. Kalau tata cara tidak sama maka jelas bukan tasyabbuh,” tegasnya.
“Pepatah Sunan Gunung Djati mengingatkan agar kita senantiasa amanah terhadap yang dijadikan pusaka,” ujarnya Ki Demang Wangsapyudin lagi.
Baca Juga: Ramalan Horoskop Cinta Hari Ini, Kamis, 11 Maret 2021: Leo Belum Siap Membuka Hati
Kemudian, Ki Demang Wangsapyudin menyampaikan ucapan Isra Miraj (Rajaban) dalam bahasa Sunda, sebelum menutup pembicaraan saat diwawancarai Tim PR Cirebon via telepon.