PR CIREBON - Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko menanggapi soal pernyataan dari Rocky Gerung, yang menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus direvisi otaknya.
Budiman Sudjatmiko menyatakan, Rocky Gerung seperti orang yang tidak mengerti organisasi, sejarah, dan masyarakat.
Budiman Sudjatmiko mengatakan jika Rocky Gerung hanya memiliki koleksi kosa kata yang banyak, retorika, dan logika formal.
Dikatakannya, apa yang dipunyai Rocky adalah modal bagus untuk hidup dengan benar di pulau terpencil.
"Itu modal bagus untuk jadi pribadi yang hidup dengan benar di pulau terpencil berisi masyarakat homogen. Keluar dari situ jadi destruktif," kata Budiman.
Rocky itu tak ngerti organisasi, sejarah & masyarakat...Dia cuma punya banyak koleksi kosa kata, retorika & logika formal. Itu modal bagus utk jd pribadi yg hidup dgn benar di pulau terpencil berisi masyarakat homogen..Keluar dr situ jd destruktif https://t.co/iMfdDCDeJe— Budiman Sudjatmiko (IG: budimaninovator) (@budimandjatmiko) February 17, 2021Dia mengandaikan Rocky hidup di tahun 2045, ketika dunia sudah menjadi era singularitas.
Dikatakan Budiman bahwa Rocky cocok hidup di era yang seperti itu, ketika kecerdasan mesin sudah melampaui total kecerdasan manusia sedunia.
"Tapi itupun akan keteteran oleh logika formal komputasional. Dan tugas manusia saat itu adalah justru untuk saling mencinta, bukan mencela," kicaunya, sebagaimana dikutip Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari akun Twitter @budimandjatmiko pada Rabu, 17 Februari 2021.
Dia menilai logika formal cuma bagus dalam mengawali pembelajaran matematika yang tanpa angka, atau komputer yang belum ada data.
Baca Juga: Sempat Diblokade Israel, Jalur Gaza Akhirnya Terima Vaksin Covid-19 Pertama
"Tapi begitu data masuk dan diolah oleh #MesinPembelajar, komputasinya berlatih berpikir historis. Tak lagi logika formal," katanya.
Kemudian pada saat era singularitas terjadi, ketika manusia sudah dipahami seutuhnya oleh kecerdasan buatan, Budiman menyebut yang tersisa bagi manusia itu adalah rasa cinta.
"Rasa CINTA. Bedanya kita dengan orang-orang seperti Rocky adalah kita cinta sesama, dia mencintai dirinya sendiri dalam sepi," urai Budiman.***
"Tapi begitu data masuk dan diolah oleh #MesinPembelajar, komputasinya berlatih berpikir historis. Tak lagi logika formal," katanya.
Kemudian pada saat era singularitas terjadi, ketika manusia sudah dipahami seutuhnya oleh kecerdasan buatan, Budiman menyebut yang tersisa bagi manusia itu adalah rasa cinta.
"Rasa CINTA. Bedanya kita dengan orang-orang seperti Rocky adalah kita cinta sesama, dia mencintai dirinya sendiri dalam sepi," urai Budiman.***