PR CIREBON - Kudeta yang dilakukan militer Myanmar pada Senin, 1 Februari 2021, mendapat perhatian dari seluruh dunia.
Tentara Myanmar, yang dikenal sebagai Tatmadaw, mengambil alih kekuasaan dan menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
Terlepas dari hal itu, Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko membagikan ceritanya yang pernah bertemu aktivis Myanmar pada saat Orde Baru Indonesia.
Pada pertemuan itu, Budiman Sudjatmiko diberi teks pidato kediktatoran Jendral yang dulu sempat menguasai Myanmar.
Menurut Budiman Sudjatmiko, kediktatoran tersebut memang sangat kental dianut oleh militer Myanmar.
Buah dari sikap diktator yang dianut militer Myanmar bisa dilihat dari nasib etnik Muslim Rohingnya yang diasingkan dari negerinya sendiri.
Baca Juga: Pertanyakan Sikap HNW Dukung Revisi UU Pemilu, Ferdinand Hutahaean: Tidak Malu Jadi Pembohong?
"Sikap 'Buddhist nationalist' militer Myanmar ini kental. Selain menindas Rohingya yang Muslim, mereka juga menindas suku Karen yang Kristen," katanya.
"Kediktatoran Myanmar ini sifatnya 'clerico-fascist' (fasis religius) seperti Franco yang ultranasionalis Spanyol & Katholik," ujarnya.
Budiman Sudjatmiko mengatakan bahwa jenis kediktatoran yang dianut militer Myanmar merupakan salah satu yang paling 'katrok'.
"Jenis kediktatoran Myanmar yang diusung tentaranya (Tatmadaw) ini jenis kediktatoran yang paling 'nggak banget' & paling 'katrok' yang pernah lahir di Abad ke 20," ucapnya.
"'Melindungi agama bangsa' dengan cara mentungi 1 per 1 kepala warganya yang punya keimanan/pikiran lain," tandasnya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari cuitan Twitter @budimandjatmiko, Rabu 3 Februari 2021.
Saat Myanmar dikuasai militer & kami masih melawan Orba, aktivis Myanmar ke Yogya ketemu kami. Dia kasih teks pidato Jend. Thant Swee bhw kediktatorannya "melindungi" Myanmar spy tak jd Muslim spt Indonesia yg dulu Buddha & kini Muslimhttps://t.co/SLvkhPqdTt— Budiman Sudjatmiko (IG: budimaninovator) (@budimandjatmiko) February 3, 2021***