PR CIREBON – Kabar mengenai pelaporan Din Syamsuddin oleh Gerakan Anti Radikalisme (GAR) Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi perbincangan publik.
GAR Alumni ITB melaporkan Din Syamsuddin ke Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) atas tuduhan radikalisme.
GAR Alumni ITB menganggap bahwa dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu menyalahi kode etik ASN karena bertindak secara radikal.
Baca Juga: Terjadi Ledakan, Kekerasan Meningkat di Afghanistan
Sebagian besar masyarakat menilai pelaporan tersebut keliru, karena Din Syamsuddin adalah figur Muslim ternama yang tidak radikal.
Sementara sebagian lainnya menganggap tuduhan radikalisme terhadap Din Syamsuddin adalah tindakan tepat.
Mengenai polemik tuduhan radikalisme terhadap Din Syamsuddin, Aktivis Dakwah Ustaz Hilmi Firdausi ikut berkomentar.
Baca Juga: Jelang Hari Valentine, Monyet Tupai di Kebun Binatang London Disuguhi Ulat Bambu
Melihat sepak terjang Din Syamsuddin sebagai figur Muslim ternama, mendapatkan tanggapan dari Ustaz Hilmi.
Ustaz Hilmi mengatakan bahwa mereka yang menuduh radikal hanyalah orang yang minim literasi.
Ustaz Hilmi meminta untuk tidak melabeli orang dengan pemikiran berbeda dengan sebutan radikal, seperti tuduhan radikalisme terhadap Din Syamsuddin.
Baca Juga: Bantah Ingin Kudeta Partai Demokrat, Marzuki Alie: Cuma Indikatif Karena...
“Stop melabeli orang yang kritis dan tidak sejalan dengan sebutan radikal!,” tegasnya dalam pernyataan tertulis pada Sabtu 13 Februari 2021, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari cuitan akun Twitter @Hilmi28.
“Itu cuma menandakan lemahnya argumen & minimnya literasi,” tambahnya.
Stop melabeli org yg kritis & tdk sejalan dgn sebutan radikal ! Itu cuma menandakan lemahnya argumen & minimnya literasi. Bangsa ini bth energi bsr utk melewati pandemi, membangkitkan ekonomi, membasmi korupsi & ancaman disintegrasi. Biasakan hidup dlm perbedaan jgn cm di slogan.— Hilmi Firdausi (@Hilmi28) February 13, 2021
Ustaz Hilmi mengatakan bahwa ada hal lain yang lebih penting ketimbang mengurusi orang dengan pandangan yang berbeda.
Masalah nasional seperti pandemi virus corona dan lain-lain, lanjutnya, adalah hal yang lebih perlu diperhatikan.
Agar tak terjadi lagi tuduhan radikalisme terhadap figur kritis, Ustaz Hilmi mendorong masyarakat untuk menerima setiap perbedaan pandangan.
“Bangsa ini butuh energi besar untuk melewati pandemi, membangkitkan ekonomi, membasmi korupsi & ancaman disintegrasi. Biasakan hidup dalam perbedaan jangan cuma di slogan,” tandasnya.***